Bisnis.com, JAKARTA – Sadarkah Anda masalah berat badan berpotensi membebani negara? Masalah yang dimaksud adalah kelebihan berat badan atau obesitas.
Indonesia menjadi salah satu negara yang patut mewaspadai dampak peningkatan jumlah penderita obesitas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan data yang mencengangkan mengenai penderita obesitas di Tanah Air.
Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, penyandang obesitas dengan usia di atas 18 tahun terus meningkat. Pada 2013 penderita obesitas mencapai 14,8% dari jumlah penduduk.
Tahun lalu, angka tersebut melesat menjadi 21,8% atau naik 7% dalam waktu 5 tahun. Jika dihitung peningkatan pertahun sejak 2013 menuju 2018 terdapat peningkatan 1,4% angka kejadian obesitas per tahunnya.
Pengamat sosial sekaligus Rektor Universias Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar mengatakan jika tren peningkatan tersebut dibiarkan, negara akan menuai beban besar berupa biaya kesehatan yang membengkak.
Penderita obesitas seperti yang sudah jamak diketahui rentan untuk terjangkat banyak penyakir kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan lain-lain.
"Ini akan merugikan negara dan merugikan masyarakat karena menghabiskan banyak dana [untuk berobat] baik pribadi maupun yang ditanggung BPJS Kesehatan," kata Musni.
Selain itu, meningkatnya penderita obesitas juga akan menurunkan produktivitas baik pribadi maupun rata-rata masyarakat.
Guru Besar Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Ali Khomsan juga sepakat pemerintah harus segera mengambil antisipasi untuk menurunkan angka obesitas jika tak ingin anggaran kesehatan semakin melambung.
"Jika pemerintah tidak melakukan perang terhadap obesitas, tanggungan-tanggungan kesehatan yang dipikul pemerintah akan semakin berat," kata Ali.
Sementara itu Kementerian Kesehatan menemukan bahwa jumlah obesitas di Indonesia dari kaum perempuan meningkat signifikan.
Pada 2007, jumlah penderita obesitas wanita di Tanah Air mencapai 15% dari total populasi wanita. Jumlah tersebut meningkat menjadi 35% pada 2016.
Peningkatan obesitas penduduk Indonesia juga diikuti dengan peningkatan pola hidup tidak sehat. Sejak 2013 prevalensi merokok pada remaja usia 10 - 18 tahun terus meningkat dari 7,2% (Riskesdas 2013) menjadi 8,8% (Survei Indikator Kesehatan Nasional 2016) dan naik lagi menjadi 9,% (Riskesdas 2018).
Proporsi konsumsi minuman beralkohol penduduk pun meningkat dari 3% menjadi 3,3%; dan selain itu ada 0,8% yang mengonsumsi alkohol berlebihan.
Proporsi aktivitas fisik kurang pada penduduk juga naik dari 26,1% menjadi 33,5%; dan proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk di atas 5 tahun masih 95,5%.
Selain orang dewasa, obesitas juga berpotensi diderita oleh anak-anak. Orang tua memiliki andil besar dalam membentuk pola makan anak yang berpengaruh pada berat badannya.
Ali menjelaskan obesitas pada anak selain dipengaruhi faktor genetik, juga dipicu oleh perilaku orang tua yang gemar memberi anak banyak makan. Sebagian orang tua masih berpola pikir bahwa semakin anak banyak makan, semakin baik bagi pertumbuhannya.
Padahal, pada usia berapa pun, pola makan yang baik berdasar pada prinsip gizi seimbang. "Ketika dia terbiasa makan banyak dan itu menjadi kebutuhan, anak akan menjadi tidak puas kalau makan sedikit," ucapnya.
Ali mengutarakan untuk mencegah obesitas sejak dini, orang tua disarankan untuk mendorong aktivitas anak. Pada anak yang memiliki faktor genetik obesitas, orang tua harus lebih berhati-hati dalam menjaga pola makan sang anak.