Bisnis.com, JAKARTA--Karena kecintaannya akan hal berbau etnik membuat Dini Rahma terpanggil untuk berwirausaha mendirikan Dewe Galeri.
Awalnya, dia sering mengoleksi kalung-kalung etnik hingga tas. Lambat laun, memiliki ide untuk mendirikan bisnis.
Usaha tersebut dirintis sejak Maret 2014. Saat itu, Dini mulai berkenalan dan bekerja sama dengan pengrajin, dan mulai mendalami berbagai macam tenun untuk memulai bisnis. Dini mengaku galeri tersebut dimaksudkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi para pengrajin tas. “Melihat potensi pasar yang sangat bagus, mulai dari hobi saya jadikan bisnis,” katanya.
Tak hanya itu, dia terdorong untuk melestarikan tenun karena terusik banyaknya tenun palsu yang berkembang. Boleh dibilang, kepercayaan dan kejujuran menjadi modal awal bisnis tersebut. Untuk itu, dia menawarkan produk tersebut dari teman-teman dekat dengan menunjukan kualitas jahitan.
“Akhirnya dari beberapa orang teman dekat pesan dengan catatan DP 50%. Untuk belanja bahan baku dan ongkos tinggal tambah modal setengah,” lanjutnya.
Dini mengatakan ingin memproduksi produk yang eksklusif. Untuk itu, dia memproduksi tas tenun limited edition. Paling tidak, lanjutnya, satu lembar kain tenun untuk menghasilkan tiga tas. Jadi, motif tas yang sudah pernah dibuat tidak akan dibuat lagi karena bahan baku kain tenun belum tentu dapat dibuat sama persis.
Sejak 2014,dari 30 macam desain, saat ini Dewe Galeri terus mengalami peningkatan jenis produk mulai dari tas, dompet, clutch, dompet paspor, dan hingga gantungan kunci mobil. Awal produksi, Dewe Gallery hanya memproduksi tas, namun melihat bahan kain yang kadang tersisa dia memutuskan untuk memproduksi siluet produk lainnya.
Dini mengatakan kuantitas produk dalam satu bulan bisa mencapai 400-500 item produk tas, dan 300 item pernak-pernik. “Itupun kadang untuk memenuhi permintaan reseller masih kurang, katakanlah per reseller hanya dapat 10 item,” katanya.
Dia mengatakan untuk membuat minimal 1-30 item dibutuhkan waktu satu minggu. Menurutnya, dalam proses pembuatan tas paling lama dalam membuat pola dan menyesuaikan bahan kain agar motif terlihat bagus.
Menurutnya, antusias dari para konsumen dan juga reseller sangat baik. Bahkan mereka berlomba-lomba order duluan ketika produk terbaru mulai ditunjukan melalui media sosial. Saat ini, untuk pemasaran masih dominan lewat media sosial. Selanjutnya, dia berharap dapat memasarkan produk melalui website resmi, meskipun saat ini masih perlu kerja keras.