Bisnis.com, JAKARTA - Demonstrasi di Hong Kong menyisakan cerita yang menarik dari segi bisnis.
Baru-baru ini, warga Hong Kong memboikot Vans karena menghapus daftar desain sepatu yang menggambarkan situasi Hong Kong saat ini.
Dikutip dari Bloomberg, Vans memang sedang menyelenggarakan kompetisi yang dinamai Custom Culture Design Competition secara online, desainer dapat menggambar apapun di sisi luar sepatu Vans menggunakan tema kultur dan budaya.
Salah satu desain yang mengundang banyak perhatian adalah gambar banyak orang memakai kacamata, masker dan topi dengan latar belakang hitam dan kuning, persis dengan protes yang sedang berlangsung di Hong Kong.
Warga Hong Kong membakar sepatu Vans/Instagram @chiufranz
Belakangan, Vans menghapus desain tersebut dari daftar desain sepatu yang dipertandingkan, sehingga membuat warganet yang mayoritas berasal dari Hong Kong berang di media sosial.
Beberapa warganet mengunggah fotonya membuang sepatu Vans ke tempat sampah hingga membakarnya, pertanda protes untuk perusahaan sepatu asal Amerika tersebut.
Dalam unggahan resminya di Facebook, Vans menyatakan pihaknya sama sekali tidak berniat untuk condong pada situasi politik tertentu.
"Sebagian kecil pendaftaran artistik sudah dihapus. Kami tidak pernah berpihak pada kondisi politik tertentu. Karena itu, desain sepatu diulas lagi agar sesuai dengan nilai-nilai dan toleransi yang kami anut dan juga petunjuk yang dikomunikasikan untuk kompetisi ini," tulis Vans.
Retail sneaker Dahood yang menjadi distributor sepatu Vans di Hong Kong pada Sabtu (5/10/2019) mengunggah tulisan dalam akun Facebooknya kalau pihaknya sudah menutup 3 outlet di Kota Hong Kong, karena hal ini.
Hampir lebih dari empat bulan demonstrasi di Hong Kong terus terjadi. Hal ini dipicu pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi oleh Pemerintah China yang ditolak sebagian besar warga Hong Kong karena dinilai melukai demokrasi.
Vans bukan satu-satunya korban dari gelombang bisnis dan pariwisata yang rapuh di Hong Kong saat ini.
Sebelumnya, Starbucks juga diminta untuk mengakhiri kerja sama dengan sebuah perusahaan restoran di sana, karena salah satu anggota keluarga pemilik Starbucks diketahui berhubungan dengan aksi yang mendukung kebijakan yang dikeluarkan otoritas di Cina.
Levi's juga dikabarkan menutup sementara beberapa tokonya karena kondisi yang kurang kondusif disana.