Bisnis.com, JAKARTA—Angka kejadian kanker kulit jenis melanoma meningkat pada kaum pria muda. Melanoma yang diderita para pria tersebut lebih sering terjadi pada kepala dan leher.
Dalam laporan penelitian JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery 2019, selama dua dekade terakhir angka kejadian melanoma pada pria di Amerika Utara meningkat 50%. Peningkatan kanker kulit yang berbahaya ini banyak terjadi pada anak laki-laki dan laki-laki kulit putih non-hispanik.
"Selama ini literatur selalu fokus bahwa melanoma lebih sering terjadi pada perempuan, tetapi ternyata angka kejadiannya juga tinggi pada pria," kata penulis dan peneliti Nosayaba Osazuwa-Peters dari Saint Louis University School of Medicine di Missouri, Amerika Serikat.
Untuk melihat lebih dekat kejadian melanoma di kepala dan leher, Osazuwa-Peters dan rekannya melakukan penelitian data dari North American Association of Central Cancer Registries Asosiasi, untuk melihat data kanker yang terdiagnosis di AS dan Kanada.
Para peneliti fokus pada 12.462 pasien berusia 0—39 tahun yang didiagnosis dengan melanoma kepala dan leher dari 1995— 2014 di 26 negara bagian AS dan enam provinsi di Kanada. Sebanyak 24 negara bagian tidak ikut serta dalam analisis karena mereka kehilangan data selama beberapa tahun.
Negara bagian yang termasuk dalam penelitian ini adalah Arizona; California; Colorado; Connecticut; Delaware; Florida; Hawaii; Idaho; Illinois; Iowa; Kentucky; Louisiana; Maine; Michigan; Nebraska, New Jersey, New York, Carolina Utara, Pennsylvania, Rhode Island, Texas, Utah; Washington; Virginia Barat; Wisconsin dan Wyoming. Provinsi Kanada adalah Alberta; British Columbia; Manitoba; Brunswick baru; Ontario, dan Saskatchewan.
Secara keseluruhan, kejadian kanker kepala dan leher di Amerika Utara meningkat 51,1% sepanjang 1995—2014. Namun, antara 1995—2000, insiden melanoma kepala dan leher meningkat 4,68% per tahun di AS, kemudian menurun menjadi 1,15% per tahun antara tahun 2000 dan 2014. Sementara itu di di Kanada, insiden melanoma terus meningkat sebesar 2,18% per tahun antara 1995—2014.
Para peneliti tidak tahu mengapa ada lebih banyak kanker kulit di bagian kepala dan leher pada pria, tetapi dugaannya adalah hal itu terjadi karena kurangnya rambut yang menutupi kulit kepala dan leher.
Perempuan biasanya mendapatkan perlindungan dari sinar matahari karena cenderung memiliki rambut panjang, sementara pria berambut pendek dan kurang terlindungi. Sebagian pria juga mengalami penipisan rambut, bahkan ada yang sudah botak pada saat mereka berusia 30-an.
Osazuwa-Peters mengatakan bahwa pihaknya ingin melakukan kampanye untuk menggugah kesadaran bahwa melanoma juga dapat terjadi pada pria. Para peneliti ini kemudian menjangkau penata rambut dan tukang cukur sebagai bagian dari kampanye. Pendekatan melalui tukang cukur menjadi penting karena mereka yang sering menjadi orang pertama yang memperhatikan "sesuatu yang tidak biasa" pada kulit kepala kliennya.
"Kita perlu memberdayakan dan memperlengkapi orang-orang yang paling sering melihat kulit kepala," katanya. Menurutnya, para penata rambut dan tukang cukur perlu tahu apakah yang mereka lihat pada kulit kepala kliennya merupakan jenis kanker kulit atau tidak.
“Kita perlu mengedukasi orang awam dalam mengenali tanda-tanda melanoma di kulit kepala,” ujarnya. Kanker kulit yang terjadi di kepala dan leher sebaiknya dideteksi sejak dini, karena kanker tersebut cenderung lebih mematikan daripada kanker serupa pada bagian tubuh lainnya.
Secara keseluruhan, temuan menunjukkan bahwa pesan kesehatan masyarakat tentang kanker kulit jenis melanoma perlu diperbarui. Poin pentingnya, semua orang harus menyadari bahwa risiko melanoma tidak hanya menyerang perempuan, tetapi juga pria.