Bisnis.com, JAKARTA – Pernyataan sutradara Martin Scorsese tentang waralaba film, khususnya Marvel yang disebutnya sebagai taman bermain alih-alih produk sinema menimbulkan kontroversi di kalangan pelaku industri perfilman global.
Pro dan kontra timbul membahas pernyataan yang dilontarkan oleh sutradara film The Irishman (2019) tersebut, baik dari kalangan produser, sutradara, aktor, hingga penikmat film. Tak sedikit yang mengamini hal itu, tetapi banyak pula yang menyangkalnya.
Menanggapi kontroversi yang terjadi, Scorsese akhirnya memberikan klarifikasi atas pernyataannya tersebut melalui kolom opini di The New York Times.
“Banyak film waralaba dibuat oleh orang-orang dengan bakat dan kesenian yang luar biasa. Anda dapat melihatnya di layar lebar. Fakta bahwa film-film itu sendiri tidak menarik bagi saya adalah masalah selera dan tempramen pribadi,” tulisnya.
“Saya tahu jika saya lebih muda dan tumbuh dewasa di masa ini, saya juga mungkin akan senang dengan film-film ini dan ingin membuatnya. Tetapi saya tumbuh ketika saya melakukan dan mengembangkan perasaan di dalam film,” imbuhnya.
Dia menambahkan bahwa pembuatan film saat ini sebagai proses dari riset pasar, diuji penonton, evaluasi, modifikasi, perbaruan dan penyusnan ulang hingga siap untuk dikonsumsi masyarakat.
Baca Juga Keanu Reeves Kencani Teman Lamanya |
---|
Secara gamblang, Scorsese membandingkan film-film Marvel dengan film besutan sutradara tahun 1970 dan 1980an seperti Paul Thomas Anderson, Claire Denis, Spike Lee, Ari Aster, Karthryn Bigelow, dan Wes Anderson.
“Ketika saya menonton karya dari salah satu pembuat film itu, saya tahu bahwa akan melihat sesuatu yang benar-benar baru dan akan dibawa ke area pengalaman yang tak terduga dan mungkin bahkan tidak bisa digambarkan,” ujarnya.
Scorsese melanjutkan bahwa ada alasan dia peduli dan berbicara tentang film-film ini. Dalam pernyataan itu, dia menyebut lansekap industri perfilman saat ini membuat karya non-waralaba menjadi lebih sulit masuk di bioskop dan meraih pasar.
Kendati, dia juga menyampaikan bahwa memang saat ini ada sarana lain yang bisa digunakan untuk menyalurkan karya-karya film dari para pelaku, yakni melalui platform streaming seperti Netflix, Amazon Prime, Hulu, dan lain-lain.
“Apakah saya ingin film-film saya diputar di layar lebar untuk jangka waktu yang lama? Tentu saja. Akan tetapi, tidak peduli siapa yang membuat film, kenyataanya layar lebar saat ini dipenuhi dengan film-film waralaba,” jelasnya.