Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan studi terbaru, sepeda dan skuter listrik semakin populer di Amerika Serikat tetapi sepeda memiliki risiko cedera lebih tinggi dari sepeda tradisional dan memiliki pola risiko yang berbeda dibandingkan dengan skuter.
Adapun studi tersebut merupakan hasil analisis yang dikumpulkan dari tahun 2000 hingga 2017 oleh Komisi Pengawasan Cedera Elektronik Nasional (NEISS) terkait dengan cedera yang melibatkan tiga jenis kendaraan.
Dilansir dari Reuters, Kamis (26/12/2019), para pengendara motor elektronik lebih mungkin menderita cedera dalam dan dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan pengendara lain. Sementara itu, pengguna skuter bertenaga memiliki tingkat gegar otak lebih tinggi.
Dalam jurnal Injury Prevention, para peneliti melaporkan cedera e-sepeda tiga kali lebih tinggi dan memungkinkan para penggunanya terlibat tabrakan dengan pejalan kaki daripada skuter atau sepeda tradisional.
"Kami tidak tahu banyak tentang risiko keseluruhan dan manfaat skuter bertenaga listrik dan e-sepeda," ujar Charles DiMaggio, penulis utama studi tersebut.
DiMaggio melanjutkan, yang paling signifikan, penelitian tersebut menemukan adanya tingkat cedera lebih serius dari pengguna e-sepeda.
Dari lebih dari 245 juta cedera yang dilaporkan dalam periode penelitian, sebanyak 130.797 melibatkan kecelakaan skuter bertenaga listrik, terhitung 5,3 per 10.000 cedera.
Sementara, ada 3.075 cedera yang melibatkan e-sepeda atau 0,13 per 10.000. Selain itu, sekitar 9,4 juta cedera sepeda pedal menyumbang 385,4 per 10.000 dari semua cedera gawat darurat.