Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengikuti pertemuan ASEAN Leaders Gathering di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Afriadi Hikmal
Health

Pemerintah Siapkan Rapid Test Massal, Begini Pengalaman Singapura

Renat Sofie Andriani
Jumat, 20 Maret 2020 - 12:45
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah berencana melakukan rapid test secara massal dalam waktu dekat terkait virus corona (Covid-19). Langkah ini diperkirakan akan menghasilkan temuan kasus positif yang cukup banyak di masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, pada Kamis (19/3/2020) yang disiarkan kepada publik.

“Tujuannya adalah untuk secepat mungkin bisa kita ketahui tentang kasus positif yang berada di masyarakat. Tujuannya adalah untuk melaksanakan isolasi. Sudah barang tentu nanti kita akan bisa mendapatkan kasus positif yang cukup banyak,” tutur Yuri, sapaan akrabnya.

Untuk diketahui, hingga Kamis (19/3/2020), total jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi 309. Di antara jumlah tersebut, 15 pasien dinyatakan berhasil sembuh dan 25 pasien meninggal dunia.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla pernah berujar penyebaran virus corona dari satu orang dapat meluas ke tiga orang lainnya. Gambaran itu dapat dilihat dari beberapa kasus Covid-19 di Indonesia yang bermula dari satu warga negara asing dan meluas ke kasus-kasus lainnya.

Mantan Wakil Presiden RI tersebut juga menyoroti fakta bahwa dari 1.300 orang yang diperiksa, ditemukan lebih dari 170 orang yang positif.

“Kalau yang diperiksa 10.000-20.000 [orang], pasti lebih tinggi. Jadi, masih perlu ada tambahan rumah sakit khusus, dokter, alat kesehatan, obat, dan disinfektan,” papar JK pada Selasa (17/3/2020).

Dengan analogi jumlah penduduk DKI Jakarta, salah satu epicenter kasus corona, yang mencapai sekitar 10 juta jiwa, sejenak terbayang banyaknya pasien yang ditemukan positif terinfeksi dan berebut mengantre di rumah sakit yang sudah kewalahan.

Menurut Yuri sendiri, individu yang dinyatakan positif dari hasil rapid test nanti tak akan langsung dirujuk untuk diisolasi di rumah sakit. Alih-alih, orang bersangkutan akan mendapat edukasi dari pemerintah untuk menjalani self isolation atau isolasi mandiri di rumahnya.

“Pemerintah berencana akan menyajikan pendampingan secara virtual terhadap positif corona yang menjalani self isolation. Pasien bisa berkomunikasi dengan dokter melalui aplikasi secara online,” sambungnya.

Belajar dari Singapura

Bicara soal penanganan pasien positif corona, tak ada salahnya belajar dari pengalaman negara tetangga kita, Singapura. Ketika virus tersebut mulai melintasi perbatasan China pada Januari tahun ini, Singapura tampak bakal menghadapi wabah berskala besar-besaran.

Singapura adalah negara ketiga di dunia yang melaporkan kasus Covid-19. Pada pertengahan Februari, negara sekaligus ibu kota ini telah mencatat lebih dari 80 kasus infeksi, tertinggi di luar China daratan.

Guna mengungkap infeksi Covid-19 yang mungkin telah luput dari deteksi, otoritas kesehatan Singapura sejak awal memutuskan untuk menguji semua kasus influenza dan pneumonia. Mereka juga berusaha keras untuk melacak setiap potensi kontak dari pasien yang terinfeksi.

Proses simultan dimulai dengan wawancara pasien, serta melibatkan polisi, manifes penerbangan, dan tes yang dikembangkan secara lokal untuk antibodi. Proses ini bahkan masih diterapkan setelah suatu pasien dinyatakan sembuh.

“Singapura mengerahkan segala upaya,” ujar Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Time.

Iklan-iklan pemerintah yang dimuat di halaman depan surat kabar harian terbesar di Singapura mendorong para pembaca dengan gejala yang ringan sekalipun untuk menemui dokter dan tidak pergi ke sekolah ataupun bekerja.

Tidak pula ada warga Singapura yang harus khawatir soal mendapatkan perawatan. Pengujian dilakukan gratis. Pemerintah membayar tagihan rumah sakit untuk warga Singapura yang menjadi suspect atau dikonfirmasi terinfeksi.

Jangan lupakan vitalnya peran komunikasi pemerintah dengan publik. Soal ini, tidak ada yang melakukannya dengan lebih baik daripada Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Setelah pemerintah menaikkan tingkat kewaspadaan wabah corona pada 7 Februari menjadi oranye, satu level di bawah maksimum, warga Singapura ramai-ramai memburu isi supermarket.

Demi menenangkan kegelisahan warganya, Lee menyampaikan pidato nasional dalam tiga dari empat bahasa resmi Singapura pada Sabtu, 8 Februari 2020.

“Ketakutan dapat mengakibatkan lebih banyak kerusakan daripada virus itu sendiri,” ujar Lee, seperti dikutip Bloomberg. Ia meyakinkan warga bahwa kota mereka memiliki cukup persediaan barang untuk kebutuhan harian.

Lee kemudian memandu langkah-langkah yang dapat dilakukan warga untuk membantu mencegah penyebaran virus seperti meningkatkan kebersihan dan menghindari tempat-tempat keramaian.

Dia juga mengingatkan bahwa rumah sakit di dalam negeri akan kewalahan jika setiap orang masuk rumah sakit dan mengisolasi setiap kasus suspect.

“Pada titik itu, asalkan tingkat kematian tetap rendah seperti flu, kita harus mengubah pendekatan kita. Dorong mereka yang hanya memiliki gejala ringan untuk menemui dokter keluarga mereka, dan beristirahat di rumah alih-alih pergi ke rumah sakit,” ujar Lee, dikutip dari Straits Times.

“Biarkan rumah sakit dan petugas layanan kesehatan fokus pada pasien yang paling rentan yakni orang tua, anak-anak, dan mereka yang memiliki komplikasi medis,” lanjutnya mengingatkan.

Menurut Lee, kekhawatiran akan virus dapat membuat panik atau melakukan hal-hal yang memperburuk keadaan, seperti menyebarkan rumor di dunia maya, menimbun masker wajah atau makanan, bahkan sampai menyalahkan kelompok tertentu.

“Mari kita tetap bersatu dan teguh dalam wabah virus corona baru ini. Ambil tindakan pencegahan yang masuk akal, bantu satu sama lain, tetap tenang, dan lanjutkan hidup kita,” pungkasnya.

Setelah ia menuntaskan pidatonya, antrean di supermarket berangsur mereda.

Sementara itu, menurut data worldometers, hingga Jumat (20/3/2020) siang WIB, total jumlah kasus infeksi corona di Singapura mencapai 345 atau urutan ke-33 dalam daftar negara dengan jumlah kasus terbesar. Sebanyak 124 orang di antara kasus tersebut dinyatakan sembuh, sedangkan korban jiwa tercatat nol.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro