Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian sekaligus uji klinis di Brasil tentang kemampuan obat anti malaria chloroquine untuk memerangi virus Corona (Covid-19) dihentikan sebelum waktunya. Keputusan itu diambil setelah beberapa pasien mengalami komplikasi jantung yang berpotensi fatal.
Dalam uji klinis itu, peneliti memberikan chloroquine kepada 81 pasien Covid-19 untuk menentukan efektivitasnya melawan virus yang menginfeksi mereka. Namun, penelitian yang didanai oleh negara bagian Amazonas di Brazil itu terpaksa dihentikan setelah potensi bahaya keselamatan menjadi jelas.
Temuan awal menunjukkan bahwa dosis (chloroquine) tinggi tidak direkomendasikan untuk pengobatan Covid-19. "Hasil seperti itu memaksa kami untuk secara prematur menghentikan rekrutmen pasien," ujar para peneliti dalam laporan pra-publikasi medRix, seperti dikutip dari laman New York Post, Senin (13/4/2020).
Sekitar setengah dari pasien dalam penelitian itu diberi chloroquine dosis 50 mg sebanyak dua kali sehari selama lima hari. Peserta lain diberi dosis tunggal 600 miligram setiap hari selama 10 hari.
Namun, dalam tiga hari, beberapa pasien yang menggunakan dosis tinggi mengalami aritmia, atau detak jantung tidak teratur. Pada hari keenam, 11 pasien meninggal, meskipun tidak jelas apakah itu akibat virus corona atau komplikasi yang terkait dengan chloroquine.
Para ilmuwan mengatakan: “kecenderungan kematian terkait dengan dosis yang lebih tinggi pada hari ke-6 menyebabkan penghentian dini pemberian dosis yang lebih tinggi kepada pasien."
David Juurlink, Kepala Divisi Farmakologi Klinis di University of Toronto, Kanada, mengatakan kepada New York Times, bahwa penelitian di Brasil menyampaikan satu informasi yang berguna.
"Chloroquine menyebabkan peningkatan abnormalitas pada EKG (elektrokardiografi), tergantung pada dosis yang dapat memengaruhi orang untuk kematian jantung mendadak."
Chloroquine selama ini luas digunakan sebagai satu di antara sejumlah pengobatan eksperimen untuk mengatasi Covid-19 sepanjang vaksin dan obat sesungguhnya belum tersedia. Badan Kesehatan Dunia WHO merekomendasikannya dalam terapi empat jenis obat dalam gerakan yang dinamakan Solidarity Trial yang melibatkan puluhan bangsa termasuk Indonesia.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan menggembar-gemborkan chloroquine dan juga hydroxaychloroquine sebagai salah satu solusi untuk menghentikan pandemi virus corona.