Bisnis.com, JAKARTA - Mendengar nama AKAS, tentunya yang terbesit di benak masyarakat Jawa Timur adalah perusahaan otobus (PO) raksasa yang sempat menguasai hampir seluruh terminal bus di provinsi tersebut pada dekade 1990-an.
Bahkan, kala itu perusahaan yang berbasis di Probolinggo, Jawa Timur itu sukses memperluas jangkauannya hingga luar Jawa Timur, termasuk Jakarta dan Bali.
Kini perusahaan yang didirikan oleh Karman Amat pada 1956 itu terbagi menjadi sejumlah perusahaan yang dikelola oleh anak-anak, menantu, dan cucu dari sang pendiri. Salah satu diantaranya adalah PO AKAS Green.
PO AKAS Green dibawah bendera PT Hartria AKAS Green Sejahtera menjadi satu dari sekian perusahaan transportasi darat di Tanah Air yang dikendalikan oleh kaum perempuan.
Apriliani D. Lestari yang tak lain adalah cucu dari Karman Amat, memegang kendali perusahaan tersebut sebagai Direktur Operasional.
Dia tidak sendiri, adik kandungnya--yang juga seorang perempuan--Nisrina Tria Fajrin ikut membantu mengurusi manajerial perusahaan terkait pemasaran, keuangan, dan administrasi.
Menurut April, demikian sapaan akrabnya bukan hal yang mudah baginya mengelola operasional bisnis warisan itu, terlebih sebagai seorang perempuan di usia yang tergolong muda. Ada tantangan tersendiri baginya ketika harus menghadapi karyawan, terutama kru bus yang setiap harinya bertugas di lapangan.
“Karyawan ini banyak yang sudah bekerja ketika [perusahaan] masih dikelola almarhum Bapak, usianya jelas jauh di atas saya dan mereka laki-laki. Apalagi kru bus, sebagai pimpinan tentunya saya harus pintar-pintar berkomunikasi dengan mereka, termasuk mendengarkan dan belajar dari mereka juga,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Selain komunikasi yang baik, menurut April yang tak kalah penting sebagai seorang pimpinan perusahaan adalah memberikan contoh langsung kepada para karyawan. Cara tersebut menurutnya efektif membuat karyawan menjadi lebih disiplin dalam bekerja.
“Saya menyuruh mereka (karyawan) datang pagi ke garasi, tentu saya harus datang pagi-pagi juga. Tidak hanya sekadar menyuruh saja sebagai pimpinan, tetapi memberikan contoh,” ungkapnya.
Seperti kebanyakan perempuan yang bergelut di bisnis transportasi darat, April tak menampik bahwa dirinya dan sang adik seringkali dipandang sebelah mata oleh kaum lelaki yang bergelut di bisnis yang sama. Namun, dia tak ambil pusing dengan hal tersebut dan malah menjadikannya sebagai motivasi untuk membawa PO Akas Green lebih maju.
“Pasti ada, dari luar atau dalam [perusahaan]. Untuk yang di dalam ini bagaimana kita menjelaskannya saja. Jika mereka ngotot merasa “biasanya seperti ini” ketika saya mau berubah, jelaskan dan beri pengertian jika yang mereka maksud itu membuat perusahaan tetap begitu-begitu saja. Perlahan mereka akan mengerti,” tuturnya.
Sejak didapuk sebagai Direktur Operasional PO Akas Green pada pertengahan 2015, April telah melakukan beberapa gebrakan bersama dengan sang adik. Salah satunya adalah re-branding armada bus yang jumlahnya lebih dari 50-an armada, baik bus antarkota maupun pariwisata.
“Re-branding supaya lebih segar dan menarik dengan corak bunga dan kupu-kupu, sekaligus identitas juga jika perusahaannya dipimpin perempuan. Peremajaan juga berjalan terus, bus pariwisata terus ditambah, tidak hanya mengandalkan bus antarkota dalam provinsi (AKDP) ekonomi atau Patas saja,” tutupnya.
Sebagai catatan, PO AKAS Green merupakan pecahan dari PO AKAS II yang dipimpin oleh Hartoyo atau Tingok, salah satu anak dari sang pendiri.
Selepas kepergian Tingok yang tak lain adalah ayah April perusahaan tersebut terbagi menjadi sejumlah perusahaan, antara lain PO. Akas Asri, PO Akas NR, dan PO Akas N1 yang seluruhnya bermarkas di Probolinggo.