Penyanyi Didi Kempot/Instagram @pramonoanungw
Entertainment

Didi Kempot, Cendol Dawet, dan Perayaan Patah Hati

Saeno
Selasa, 5 Mei 2020 - 10:38
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pernahkah Anda membayangkan bagaimana orang yang sedang patah hati diajak bernyanyi duka, lalu, tiba-tiba dibuat riang dengan entakan nada sembari menyebut soal cendol dawet?

Dua hal yang bertolak belakang, dari sedih ke suasana riang, menjadi salah satu ciri khas lagu-lagu campursari Didi Kempot di masa akhir. Didi Kempot seperti ingin menyiasati kesedihan dengan nuansa guyon, lucu dan riang.

Jika di masa lalu Didi Kempot tekenal dengan lagu pilu macam Sri Minggat, belakangan Didi tampil dengan nuansa baru. Sedih, tapi riang gembira. Sebuah pertentangan yang selama ini jarang muncul dalam sebuah lirik lagu, dan tentu saja membuat karya Didi Kempot jadi fenomenal. Juga, mengundang generasi patah hati untuk tidak malu merayakan rasa bapernya.

Dalam Sri Minggat, Didi Kempot menggambarkan soal suami yang ditinggal kabur istrinya dan senantiasa menanti sang istri untuk kembali. Berikut lirik lagunya:

Sri, kapan kowe bali (Sri kapan kamu pulang)

Kowe lungo ora pamit aku (kamu pergi tanpa pamit aku)

Jarene neng pasar, pamit tuku trasi (katanya ke pasar, pamit beli terasi) 

Nganti saiki kowe durung bali (sampai sekarng kamu belum pulang)

Sri, opo kowe lali (Sri apa kamu lupa)

Janjine sehidup semati (dengan Janji sehidup semati)

Aku ora nyono kowe arep lungo (kamu tak mengira kamu akan pergi) 

Loro atiku, atiku loro (sakit hatiku, hatiku sakit)

Ndang balio.. Sri..Ndang balio…o (pulanglah segera Sri, pulanglah)

Aku loro mikir kowe Ono ning endi..(aku sakit memikirkan di mana dirimu)

Ndang balio.. Sri..Ndang balio.. o (pulanglah segera Sri, pulanglah)

Tego temen Kowe minggat ninggal aku (tega banget kamu minggat meninggalkanku)

Yen pancene Sri Kowe eling aku (kalau memang kamu masih ingat aku)

Ndang balio (pulanglah segera)

Aku kangen setengah mati (aku kangen setengah mati)

Perhatikan lirik pada bagian refrain, Ndang balio.. Sri..Ndang balio.. o(segera pulang Sri), sebuah pengharapan seorang suami agar istri yang minggat segera pulang. 

Lantas di bagian akhir lirik, ada kalimat Yen pancene Sri Kowe eling aku, Ndang balio, Aku kangen setengah mati (kalau kamu memang ingat aku Sri, pulanglah segera. Aku rindu setengah mati).

Secara keseluruhan, lirik lagu ini menggambarkan patah hati yang paripurna. Ditinggal istri minggat, dan tetap merindukan sang istri setengah mati.

Tapi, coba perhatikan lirik lagu Cendol Dawet Pamer Bojo yang ngehits belakangan ini.

Berikut ini bait kedukaan dari lagu Pamer Bojo karya Didi Kempot

Koyo ngene rasane wong nandang kangen (begini rasanya orang yang sedang rindu)
Rino wengi atiku rasane peteng (malam hari hati terasa gelap)
Tansah kelingan kepingin nyawang (selalu terkenang dan ingin memandang)
Sedelo wae uwis emoh tenan (sekejap saja pun kok tidak mau) 

Cidro janji tegane kowe ngapusi (menciderai janji teganya kau membohongi)
Nganti sprene suwene aku ngenteni (hingga sekarang aku masih menanti)
Nangis batinku nggrantes uripku (nangis batinku, menderita hidupku)
Teles kebes netes eluh neng dadaku (basah kuyup air mata di dadaku)

Dudu klambi anyar sing nang njero lemariku (bukan baju baru yang ada di lemariku)
Nanging bojo anyar sing mbok pamerke neng aku (tapi suami baru yang kau kenalkan padaku)
Dudu wangi mawar sing tak sawang neng mripatku (bukan wangi mawar yang terbayang di mataku)
Nanging kowe lali nglarani wong koyo aku (tapi kamu lupa malah menyakit orang seperti aku)i 
Neng opo seneng aku yen mung gawe laraku (buat apa suka kalau hanya membuat lara)
Pamer bojo anyar neng ngarepku (pamer suami baru di depanku)

Hingga di sini, lirik lagu masih paripurna patah hatinya, tapi, suasana itu tiba-tiba terentak dengan lirik berikut:

Cendol dawet, cendol, dawet seger

Cendol cendol dawet dawet

Cendol cendol dawet dawet

Cendol cendol dawet dawet

 

Cendol, dawet seger, piro  (cendol dawet seger, berapa...)

Lima ngatusan, terus ora pakai ketan (lima ratusan, gak usah pakai ketan)

Ji, ro, lu, pat, enam, pitu, wolu (satu, dua, tiga, empat, enam, tujuh delapan)  

Tak tik tak tik tak tung

Tak tik tak tik tak tung

Tak tik tak tik tak tung

Lolo, lolo, yes!

Larik  terakhir (tak tik tak tiktak tung sampai lolo, lolo, yes!)  biasanya sejauh ingatan penulis, digunakan untuk 'mengudang" atau mencandai anak kecil biar tertawa riang gembira. Hasilnya, keriangan pun mengubah suasana ngelangut (sunyi, sepi, hampa) dari larik-larik lagu Bojo Anyar di atas.    

Di sini, pendengar seakan dilupakan dengan makna tiap larik. Keterkaitan antarlarik pada lirik lagu menjadi nisbi untuk dibicarakan ketika Lord Didi mengajak para sobat ambyar bergembira, merayakan duka yang bisa dirasakan siapa pun yang sedang mengalaminya.

Didi Kempot menjadi fenomena, dan kita masih harus menunggu kapan muncul kembali penyanyi yang sekaligus seniman fenomenal. Dalam genre yang berbeda, kita punya Leo Kristi, Gombloh, Keenan Nasution, Ebiet G. Ade di masa lalu, serta sejumlah musisi baru yang memiliki talenta hingga munculnya Didi Kempot sebagai fenomena baru.   

Selasa (5/5/2020)  Lord Didi, sang penyanyi campursari kondang asal Solo, meninggal dunia.

Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu, Solo, dr. Divan Fernandes, saat dihubungi Solopos.com melalui layanan perpesanan Whastapp, Selasa, menyampaikan saat datang di RS Kasih Ibu Solo pukul 07.25 WIB, sang penyanyi berusia 53 tahun itu dalam kondisi henti jantung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro