Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada enam kandidat vaksin covid-19 yang kini sudah masuk dalam tahap pengujian uji klinis fase 3.
Enam kandidat itu, termasuk salah satunya vaksin yang dikembangkan Sinovac, perusahaan asal China yang bekerjasama dengan perusahaan pelat merah Indonesia Bio Farma.
Sinovac, tercatat sebagai vaksin yang dikembangkan dengan diinaktivasi. Yakni, dibuat dari mikroorganisme berupa virus, bakteri dan lain-lain, yang telah dimatikan dengan proses menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang sudah mati ini tidak dapat menyebabkan penyakit.
Saat ini, vaksin buatan Sinovac ini sedang diujicobakan di Indonesia dengan melibatkan 1.620 relawan.
Corporate Secretary PT Biofarma, Bambang Heriyanto menjelaskan bahwa ada alasan tersendiri untuk melakukan uji klinis di Indonesia, yakni untuk mempercepat hasil dari vaksin yang sedang dikembangkan, tentunya diawasi oleh badan yang berkepentingan.
“Kenapa di Indonesia? Fase 1 dan fase 2 sudah dilakukan di China, nah pada saat fase 3 pandemi di china sudah menurun, jadi dilakukan di beberapa negara yang tingkatnya penyebarannya masih tinggi. Disini kita bisa melihat eksposur terhadap lingkungan dengan vaksin yang kita uji cobakan, jadi itu alasannya. Melakukan uji klinis di luar negeri juga sudah biasa dengan pertimbangan-pertimbangan ilmiah,” tuturnya dikutip dalam siaran langsung Instagram Biofarma.
Bambang menilai apabila pihaknya melakukan uji di Indonesia pertimbangannya justru akan terlihat keefektifan vaksin ini, para ahli juga bisa melihat langsung daripada vaksin sudah jadi lalu impor justru tidak tahu bagaimana hasilnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) juga turut mengawasi uji coba yang dilakukan.
Selain Sinovac, dua kandidat vaksin lainnya yang juga dikembangkan dengan cara diinaktivasi adalah buatan Sinopharm yang bekerja sama dengan Wuhan Institute of Biological Product, dan Beijing Institute of Biological Product. Keduanya, sama-sama yang dikembangkan oleh perusahaan China.
Sementara itu, kandidat vaksin covid-19 lainnya yang masuk fase 3 yakni vaksin buatan Moderna dan NIAID. Vaksin yang dikembangkan oleh Moderna merupakan vaksin mRNA yang dienkapsulasi dalam Lipid Nanopartikel (LNP) sebagai pengkodean untuk bentuk stabilisasi protein Spike (S).
Kemudian, vaksin buatan Pfizer yang bekerjasama dengan Biontech dan Fosun Pharma juga menggunakan vaksin mRNA yakni vaksin yang terbuat dari molekul buatan yang tersusun atas kode genetik protein yang khas dari suatu organisme penyebab penyakit, yaitu antigen.
Terakhir yakni vaksin buatan universitas Oxford yang bekerja sama dengan AstraZeneca. Vaksin yang telah dipesan oleh Donald Trump itu, dikembangkan dengan metode non replicating viral vector.
Berikut daftar 6 kandidat vaksin covid-19 yang sudah masuk daftar uji klinis fase 3
WHO menjelaskan dokumen-dokumen lanskap vaksin virus corona ini disampaikan untuk tujuan informasi mengenai update global dari pengembangan vaksin virus corona.
"Pencantuman produk atau entitas tertentu dalam dokumen lanskap ini bukan merupakan, dan tidak akan dianggap atau ditafsirkan sebagai, persetujuan atau pengesahan oleh WHO atas produk atau entitas tersebut (atau bisnis atau kegiatannya)," demikian pernyataan dari WHO dalam laman resminya.
WHO juga menyatakan walaupun mereka ikut memverifikasi keakuratan informasi yang disajikan, tapi WHO tidak menyatakan dan menjamin mengenai keakuratan, kelengkapan, kesesuaian untuk tujuan tertentu, kualitas, keamanan, kemanjuran, dapat diperjualbelikan dan atau tidak melanggar informasi yang disediakan dalam dokumen lanskap ini dan atau dari setiap produk yang dirujuk di dalamnya.
"WHO juga menafikan setiap dan semua kewajiban atau tanggung jawab apa pun atas kematian, cacat, cedera, penderitaan, kehilangan, kerusakan, atau prasangka lain apa pun yang mungkin timbul dari atau sehubungan dengan pengadaan, distribusi, atau penggunaan produk apa pun yang termasuk dalam dokumen lanskap ini," tambah pernyataan itu lagi.