Ilustrasi/Istimewa
Kuliner

Protokol Kesehatan Kunci Dorong Wisata Gastronomy

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Jumat, 18 September 2020 - 18:13
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tambah yang ditawarkan dalam jasa wisata gastronomy masih mampu bertahan di tengah pandemi selama protokol kesehatan dilakukan secara ketat.

Ketua Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Alexander Nayoan menyatakan setiap daerah di Indonesia memang memiliki keragaman masakan yang menjadi daya tarik dari gastronomy.

Melalui model wisata gastronomy, wisatawan pun bisa menikmati makan di restoran dengan mendapatkan pengalaman dan pemahaman sejarah juga budaya di balik masakan tersebut. Bahkan, wisata gastronomy juga menjadi salah satu motor yang mendorong okupansi hotel di daerah.

Meski belum bisa beroperasi secara normal, Alexander menilai prospek kuliner gastronomy saat ini memiliki peluang berjualan melalui dunia maya. Sayangnya, kondisi ini belum sepenuhnya menerima kepercayaan publik jika pengusaha kuliner terkait belum memiliki sertifikasi.

“Sementara sertifikasi itu penting, hanya cukup sulit dan memakan biaya yang tak kecil, maka cara tercepat saat ini untuk mendorong gastronomy adalah dengan memberi pernyataan verifikasi kesehatan,” ujar Alexander dalam webinar bersama Bisnis Indonesia, Jumat (18/9/2020).

Oleh sebab itu, Alexander menegaskan, untuk tetap memajukan wisata gastronomy di tengah pandemi, setiap pelaku usaha harus bergerak dengan cepat memanfaatkan semua kanal promosi yang tersedia. Kanal promosi tersebut bisa dipakai baik secara offline maupun secara online.

Prospek lain yang masih terbuka untuk pertumbuhan gastronomy adalah dalam pasar pariwisata, dimana pasar lokal tingkat regional, kabupaten hingga provinsi didorong untuk mengonsumsi dan menikmati gastronomy. Dengan demikian, dari skala kecil di tingkat daerah, informasi gastronomy tersebut bisa terdorong hingga ke pusat dan tingkat mancanegara.

“Jadi ini didorong daya beli konsumen, siapa yang kita tuju. Semakin tinggi daya beli, semakin dia [konsumen] ingin mengetahui makanan itu, dari sisi keamanan, kesehatan, dan kebersihan,” ujarnya.

Selain dari sisi promosi dan pemasaran, Alexander juga menyoroti kondisi produk, kualitas, dan kemasan dari industri gastronomy. Salah satu upaya promosi dan jaminan dari tiga komponen ini bisa diinformasikan dari berbagai aplikasi perjalanan. Sebut saja misalnya; Traveloka, Booking.com, atau Pegipegi. Aplikasi pariwisata ini bisa memberikan rekomendasi maupun daftar informasi tentang wisata gastronomy setiap daerah beserta verifikasi dan standar kesehatannya.

“Jika promosi berjalan baik, verifikasi cukup, kualitas bagus, tetap harus memperhatikan packaging [kemasan]. Sejumlah produk yang mahal juga karena packagingnya terverifikasi sehingga memberi nilai tambah yakni rasa tenang saat mengonsumsi makanan tersebut,” tuturnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro