Bisnis.com, JAKARTA – Hingga saat ini para ahli kesehatan masih belum mengetahui seberapa sering orang harus menerima suntikan vaksin virus corona untuk melindungi diri dari Covid-19. Mereka menyatakan bahwa kemungkinan hal ini juga akan berbeda untuk setiap individu.
Sebagaimana diketahui, England National Health Service (NHS) telah memulai program vaksinasi massal terbesar setelah pengawas kesehatan Inggris menyetujui penggunaan dari vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech.
Mereka yang paling berisiko terkena virus termasuk orang berusia di atas 80an, penghuni panti jompo, dan staf medis berada di urutan pertama untuk menerima suntikan dan akan membutuhkan dosis kedua sekitar 3 minggu kemudian.
Dilansir dari Metro UK, Rabu (9/12) Pfizer mengaku belum mengetahui seberapa sering orang perlu divaksinasi setelah dosis pertama dan mengatakan masih akan terus menganalisis relawan yang ikut serta dalam uji coba.
“Peserta penelitian akan terus dipantau untuk perlindungan dan keamanan jangka panjang selama 3 tahun tambahan setelah dosis kedua mereka,” kata juru bicara perusahaan. Selain itu, ada jangka waktu berbeda yang diberikan terkait berapa lama orang akan memperoleh kekebalan setelah menerima vaksin.
Badan Penasihat Commission on Human Medicine (CHM) mengatakan bahwa kandidat Pfizer menawarkan kekebalan penuh 7 hari setelah suntikan kedua, tetapi kekebalan parsial terjadi setelah suntikan pertama.
Akan tetapi, Sir Patrick Vallance, kepala penasihat ilmiah pemerintah Inggris memperingatkan bahwa dibutuhkan setidaknya satu bulan atau lebih sebelum sistem kekebalan bekerja dan sepenuhnya melindungi orang yang divaksin.
Meskipun banyak warga Inggris akan memiliki kesempatan untuk menerima vaksin tahun depan, dia mengatakan bahwa menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker masih diperlukan hingga akhir 2021 mendatang.
“Sangat penting bagi kita semua untuk tetap berpegang pada aturan untuk sementara waktu. Tindakan inilah yang menahan virus sekarang, kita perlu mencegah virus sementara kita mengizinkan program vaksin,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa meskipun vaksin mencegah virus masuk ke dalam tubuh, para ahli belum tahu apakah itu mencegah penularan di antara mereka yang pernah mendapat suntikan dan mereka yang tidak.
“Ini akan memakan waktu cukup lama untuk memastikan semua orang dalam kelompok berisiko dan semua kelompok yang sulit dijangkau mendapatkan vaksinasi yang sesuai,” imbuhnya.
Daniel Altmann, profesor departemen imunologi dan peradangan di Imperial College London, mengatakan pertanyaan tentang seberapa sering orang perlu divaksin tidak akan terjawab dengan jawaban satu ukuran untuk semua.
Dia mengatakan jika Inggris dapat melewati tantangan besar seperti distribusi massal dan vaksinasi dengan serapan tingkat tinggi, pertanyaan berikutnya adalah pemantauan skala besar untuk memahami stabilitas kekebalan.
“Ini bukan jawaban yang sederhana untuk semua orang. Daya tahan mungkin berbeda tergantung usia, obesitas, infeksi sebelumnya, genetika. Jadi kita perlu terus mengecek. Kami kemudian akan tahu apakah kami perlu diimunisasi ulang pada satu tahun, dua tahun, dll,” ujarnya.