Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyarankan pemerintah segera mempercepat program vaksinasi. Hal ini sebagai antisipasi menghadapi mutasi virus Corona.
Adapun, beberapa waktu lalu pemerintah mengumumkan ditemukan kasus mutasi virus Corona di Inggris yakni B117 di Indonesia.
"Mumpung masih efektif Sinovac, kita harus percepat vaksinasi," tegas Dicky kepada Bisnis.
Dia memprediksi hingga 2 tahun ke depan atau sampai akhir 2022 Indonesia masih menghadapi masa rawan Covid-19 dengan mutasi yang terus berkembang.
Untuk itu program pengendalian juga harus diperbaiki.
Testing, tracing dan treatment, kemudian memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan memakai sabun di air mengalir, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi alias 3T5M harus disiplin ditegakkan.
Menurut Dicky upaya tersebut dapat mencegah virus bermutasi. "Ini PR yang belum dilakukan secara memadai oleh Indonesia," imbuhnya.
Dia menjelaskan munculnya mutasi baru Covid-19 seperti di Inggris, Brasil dan Afrika karena penyebaran virus yang tidak terkendali.
Jika Indonesia belum bisa juga mengendalikan Covid-19, strain baru yang merugikan sewaktu-waktu akan muncul.
"Kenapa virus bermutasi karena virus ini leluasa menginfeksi," ujarnya.
Dicky menambahkan ujian berikutnya yang harus dihadapi pemerintah yakni meningkatkan dan memperbaiki strategi komunikasi risiko sehingga dapat membangun kewaspadaan masyarakat.
Ketika menyampaikan kabar perbaikan kasus, ujarnya, harus dengan strategi komunikasi risiko yang tepat sehingga tidak menimbulkan pengabaian, menurunnya kewaspadaan termasuk pertanyaan benar tidak tren kasus menurun.
Sejak awal kedatangan Covid-19 Dicky sudah mengingatkan agar diberlakukan karantina wilayah skala besar alias lockdown.
Ketika hal ini terus ditunda, kemudian menjadi sulit diterapkan karena memang kasusnya pun sudah menyebar hampir merata ke seluruh wilayah Indonesia. "Yang realistis sekarang penguatan serius bukan hanya wacana, aspek 3T5M, ditambah percepatan vaksinasi," ujar Dicky.