Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah laporan menyebutkan bahwa badan intelijen Rusia membagikan informasi palsu dan menyesatkan untuk merusak kepercayaan publik terhadap vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan produsen lainnya.
Dikutip dari Wall Street Journal, Senin (8/3) laporan itu menyatakan empat publikasi daring yang menyebarkan disinformasi tentang vaksin dikaitkan dengan badan intelijen Rusia. Perang informasi semacam ini tak jarang terjadi antar negara di dunia.
Laporan yang mengutip seorang pejabat Amerika Serikat, yang tidak disebutkan namanya, tapi terkait dengan State Department Global Engagement Center mengatakan situs publikasi itu tidak memiliki banyak pengunjung, tapi narasi palsunya dapat diambil oleh outlet media internasional.
Situs tersebut yang disebut New Eastern Outlook, Oriental Review, News Front, dan Rebel Inside, menekankan risiko efek samping vaksin, mempertanyakan kemanjuran suntikan, dan mengkritik proses persetujuan yang terburu-buru.
Pejabat State Department Global Engagement Center itu mengatakan bahwa sumber publikasi tersebut secara langsung terkait dengan badan intelijen Rusia. “Mereka bervariasi dalam hal jangkauan dan audiens, tapi itu adalah bagian dari ekosistem propaganda dan disinformasi Rusia,” katanya.
Selain kampanye untuk melemahkan vaksin Barat, Wall Street Journal juga melaporkan media pemerintah Rusia dan akun Twitter pemerintah telah memperkuat kekhawatiran tentang biaya dan keamanan dari vaksin Pfizer.
Para ahli mengatakan upaya tersebut mungkin merupakan langkah untuk mempromosikan penjualan vaksin Sputnik V yang dikembangkan negara Rusia. Namun demikian, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membantah tuduhan tersebut sebagai langkah tidak masuk akal dan tidak ada hubungannya dengan Rusia.
"Jika kami memperlakukan setiap publikasi negatif terhadap vaksin Sputnik V sebagai hasil upaya layanan khusus Amerika, maka kami akan menjadi gila karena kami melihatnya setiap hari, setiap jam, dan di setiap media Anglo-Saxon,” katanya.