Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. /Bloomberg
Health

WHO Sarankan Pembuat Vaksin untuk Melisensi Teknologi yang Digunakan

Laurensia Felise
Selasa, 23 Maret 2021 - 16:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar banyak pembuat vaksin Covid-19 untuk mengikuti jejak AstraZeneca dan melisensi teknologi yang mereka gunakan kepada manufaktur lain. Pihaknya juga menyebutkan kesenjangan vaksin sebagai hal yang aneh.

Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (23/03), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan agar para perusahaan manufaktur untuk mengadopsi model produksi vaksin di berbagai negara sebagaimana yang dilakukan AstraZeneca di beberapa negara.

AstraZeneca diketahui telah memperluas produksi vaksinnya di beberapa lokasi seperti di laboratorium SKBioScience di Korea Selatan dan di Institut Serum di India. Model serupa juga dilakukan untuk program pembagian vaksin COVAX yang juga ingin mempercepat vaksinasi di negara berkembang.

"Selisih antara jumlah vaksin yang telah diberikan di negara-negara maju dan jumlah yang diberikan melalui COVAX semakin bertambah dan menjadi semakin aneh setiap harinya. Distribusi vaksin yang tidak adil bukan saja menjadi penyebab kemarahan moral tetapi juga merugikan suatu negara secara ekonomi dan epidemologis" ujar Tedros.

Sebelumnya, AstraZeneca merilis data sementara yang menunjukkan vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford itu memiliki efektivitas sebesar 79 persen dalam mencegah gejala COVID-19 dan tidak menimbulkan peningkatan risiko pembekuan darah.

Kepala peneliti WHO, Soumya Swaminathan menyebutnya sebagai vaksin yang baik untuk semua orang dari berbagai usia.

Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Denmark telah memperpanjang larangan penggunaan vaksin AstraZeneca sambil berjalannya investigasi terhadap kasus pembekuan darah. Meski begitu, pejabat WHO menyebutkan negara-negara Afrika yang akan menerima vaksin melalui COVAX akan tetap melanjutkannya.

"Mereka memang bertanya banyak hal tetapi permintaan terhadap vaksin tersebut masih sangat tinggi," tutur penasihat senior WHO, Bruce Aylward.

Ia menambahkan bahwa COVAX masih mungkin akan tetap mencapai target di kuartal kedua dengan mengirimkan 300 juta dosis sambil mengakui adanya "teething problems" dengan SKBioSciences dan Institut Serum berusaha keras memenuhi pesanan COVAX.

Pihaknya juga belum bisa mendapatkan vaksin yang cukup sehingga berharap kedua perusahaan tersebut bisa meningkatkan dan mengikuti tingkat pengiriman sesuai target.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro