Bisnis.com, JAKARTA – Pernahkah Anda memperhatikan kulit wajah sendiri dalam setahun terakhir ini ? Bila menemukan peningkatan jerawat dan keriput, faktor stres karena pandemi adalah penyebabnya.
Melansir dari independent, konsultan perawat dermatologi, Paula Oliver mengatakan tekanan bekerja dari rumah dan homeschooling menjadi hal yang berat bagi kesehatan mental kebanyakan orang saat ini. Meskipun kenormalan sudah di depan mata, masih bisa membuat stres dan menakutkan bagi banyak orang. Dan stres tambahan ini dapat menyebabkan kulit berkobar untuk penderita eksim dan psoriasis.
"Kemudian sebagai tambahan, jika Anda sudah memiliki masalah corak kulit, mereka dapat kemungkinan berdampak pada kesehatan mental Anda," katanya.
Oliver menambahkan jerawat cenderung sembuh jauh lebih lambat saat seseorang sedang stres, yang berarti jerawat bertahan lebih lama dan tampak lebih terlihat saat ini.
Konsultan dermatologis atau the psychodermatologist, Dr Alia Ahmed sering mengatakan pada pasiennya jika Stres dapat menyebabkan penyakit kulit dan penyakit kulit menyebabkan stres.
“Orang dengan kondisi kulit sensitif akan lebih tinggi mengalami kesehatan psikologis yang buruk. Itu berarti mereka lebih cenderung merasa malu, rendah, cemas, memiliki masalah citra tubuh atau merasa terisolasi secara sosial. Perasaan ini kemudian dapat memengaruhi kulit mereka dan itu dapat berubah menjadi lingkaran setan," ujar Ahmed.
Ahmed menjelaskan bila stres memengaruhi kulit karena otak memiliki jalur yang memicu stres. Sehingga menyebabkan pelepasan berbagai bahan kimia dan hormon yang mendorong peradangan baik di tubuh maupun kulit.
"Perasaan tertekan secara emosional menyebabkan pelepasan hormon stres (kortisol), yang diketahui memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Efek kortisol bisa bermacam-macam, seperti kulit terasa kering dan gatal, serta terbentuknya garis-garis kerutan, pigmentasi, tanda-tanda penuaan dini dan kulit kusam," ujar Ahmed.
Seringkali, perubahan yang sangat sederhana dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan pasien. Jadi, penting untuk mempertimbangkan jumlah tidur seseorang, asupan cairan harian, pilihan makanan, dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk berolahraga.
"Pakar manajemen stres kami setuju bahwa mengobati penyebabnya, bukan gejalanya, adalah pendekatan terbaik, itulah sebabnya Anda harus mulai dengan mencoba mengurangi penyebab stres dalam hidup Anda," tutup Ahmed.