Bisnis.com, JAKARTA - Platform jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Snapchat dilaporkan akan membantu promosi administrasi Amerika Serikat untuk kelayakan vaksin Covid-19.
Laporan dari Axios, dikutip Senin (18/4) menyatakan bahwa Gedung Putih berharap dapat menjangkau populasi yang mungkin memiliki tingkat keragu-raguan vaksin yang lebih tinggi dengan upaya tersebut.
Menurut laporan itu, kepala penasihat medis Presiden AS Anthony Fauci bakal membuat sebuah klip video tentang informasi vaksin di platform Snapchat.
Sementara itu, Facebook dan Twitter bakal mengirimkan peringatan untuk memberi tahu pengguna bahwa mereka memenuhi syarat penerimaan vaksin. Wakil Presiden AS Kamala Harris juga bakal terlibat dalam upaya ini.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) separuh dari seluruh orang dewasa di Amerika Serikat telah menerima setidaknya satu vaksinasi Covid-19.
Akan tetapi, tampaknya pemerintah khawatir bahwa keputusan baru-baru untuk menghentikan penggunaan vaksin Johnson & Johnson akan membuat orang menjadi lebih ragu dan waspada terhadap vaksin.
Sebagai informasi, Food and Drug Administration (FDA) dan CDC sebelumnya merekomendasikan penghentian penggunaan vaksin Johnson setelah enam orang mengalami pembekuan darah yang tidak biasa.
Otoritas berwenang menyatakan bahwa mereka memerlukan waktu untuk menyelidiki apakah ada hubungan antara gumpalan darah yang terjadi dengan suntikan vaksin.
Menanggapi keterlibatan perusahaan media sosial dengan kampanye vaksinasi, juru bicara Snapchat mengonfirmasi kepada The Verge bahwa perusahaan telah menghubungi Gedung Putih terkait upaya menyebarkan kesadaran vaksin.
Juru bicara Twitter juga mengatakan kepada The Verge bahwa perusahaan bekerja sama dengan Gedung Putih untuk meningkatkan informasi otoritatif terkait Covid-19.