Kenali gejala 'cabin fever' selama masa isolasi mandiri berkepanjangan./Canberra Times
Health

Kasus Covid-19 Melonjak, Berikut Panduan Isolasi Mandiri di Rumah

Sartika Nuralifah
Selasa, 22 Juni 2021 - 14:46
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pada 21 Juni 2021 kemarin, penambahan kasus positif Covid-19 mencapai 14.356 orang sehingga total jumlah yang sudah terpapar mencapai 2 juta kasus.

Jumlah orang yang sembuh tercatat 1,9 juta orang dengan 9.233 orang sembuh kemarin. Adapun yang meninggal dunia sebanyak 54.956 orang atau bertambah sebanyak 294 orang.

Peningkatan kasus ini membuat kabar bahwa tenaga kesehatan sudah kelelahan dan RS dikhawatirkan kolaps karena terus bertambahnya jumlah pasien.

Karena itu, sebagian orang yang positif tanpa gejala pastinya harus menjalani isolasi mandiri di rumah. Terutama jika mereka tidak mempunyai penyakit penyerta.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), isolasi mandiri idirekomendasikan untuk orang  yang diyakini telah terpapar Covid-19, tetapi tidak bergejala. Selain memantau jika gejalanya berkembang, berada di karantina berarti seseorang yang mungkin terpapar tidak akan menularkan penyakit kepada orang lain, karena mereka tinggal di rumah.

Siapa saja  yang bisa melakukan isolasi mandiri?

Orang yang sakit (demam atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan/gejala penyakit pernafasan lainnya), namun tidak punya penyakit penyerta lainnya (diabetes, jantung, kanker, paru kronik, AIDS, penyakit autoimun)

Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang memiliki gejala demam/gejala pernafasan dengan riwayat dari negara/area transmisi lokal, dan/atau orang yang tidak menunjukkan gejala tapi pernah memiliki kontak erat dengan pasien positif Covid-19.

Orang yang positif Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala seperti demam, batuk, atau pilek. Orang seperti ini diistilahkan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Orang yang positif Covid-19 tapi tidak mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes, jantung, kanker, paru kronik, AIDS, penyakit autoimun

Berapa lama isolasi mandiri dilakukan?

Isolasi mandiri biasanya dilakukan Selama 14 hari hingga diketahui hasil pemeriksaan sampel di laboratorium.

Bagaimana protokol isolasi mandiri?

Protokol isolasi mandiri menurut P2PTM Kemenkes RI adalah dengan cara sebagai berikut.

·  Selalu memakai masker dan membuang masker bekas  di tempat yang ditentukan

·  Jika sakit (ada gejala demam, flu dan batuk), maka tetap di rumah. Jangan pergi bekerja, sekolah, ke pasar atau ke ruang publik untuk mencegah penularan masyarakat

·  Manfaatkan fasilitas telemedicine atau sosial media kesehatan dan hindari transportasi publik. Beritahu dokter dan perawat tentang keluhan dan gejala, serta riwayat bekerja ke daerah terjangkit atau kontak dengan pasien COVID-19

·  Selama di rumah, bisa bekerja di rumah. Gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lainnya, dan jaga jarak 1 meter dari anggota keluarga

·  Tentukan pengecekan suhu harian, amati batuk dan sesak nafas. Hindari pemakaian bersama peralatan makan dan mandi dan tempat tidur.

·  Terapkan perilaku hidup sehat dan bersih, serta konsumsi makanan bergizi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan lakukan etika batuk dan bersin.

·  Jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan desinfektan. Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi (±15-30 menit)

· Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit berlanjut seperti sesak nafas dan demam tinggi, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Bagaimana cara kita mengetahui isolasi mandiri berhasil atau tidak?

1. Tanpa keluhan

Orang yang sudah melakukan isolasi mandiri selama 14 hari, sama dengan masa inkubasi infeksi virus SARS-CoV-2, dan tanpa adanya keluhan, bisa jadi artinya orang itu baik-baik saja.

2. Pernah ada keluhan

Bagi yang pernah muncul keluhan menyerupai gejala Covid-19 seperti batuk, sakit tenggorokan ataupun panas tinggi, tetapi hanya sebentar dan sembuh dalam waktu 14 hari isolasi, itu juga tidak menandakan adanya sumber virus penyebab Covid-19 di tubuh Anda.

3. Keluhan berkelanjutan

Jika memiliki keluhan pada saat isolasi mandiri dan berkelanjutan sampai terasa semakin sesak napas dan gangguan pernapasan lainnya, maka hal ini perlu diwaspadai. Orang tersebut perlu melapor ke fasilitas kesehatan terdekat dan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) atau swab.

Apa saja yang harus diperhatikan pasien saat isolasi mandiri?

Menurut Dr RA Adaninggar, SpPD dalam unggahan Instagram nya, yangbharus diperhatijan pasien saat menjalani isolasi mandiri adalah sebagai berikut.

·  Makan makanan yang bergizi

·  Tidur dengan cukup

·  Manajemen stress dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan saat isolasi

·  Menuruti saran dokter terkait obat-obatan

·  Tetap diluar kamar dan jika terpaksa keluar kamar selalu pakai masker medis dan tetap jaga jarak dengan anggota keluarga lain

·  Selalu buka ventilasi

·  Monitor gejala secara mandiri, bila merasakan gejala seperti sesak atau demam yang memberat, segera bilang kepada keluarga dan konsultasikan ke dokter

·  Lakukan monitor saturasi oksigen, tensi dan nadi secara rutin setiap hari

·  Jangan memutuskan sendiri kapan selesai isolasi mandiri, konsultasikan lah ke dokter

Sedangkan yang harus diperhatikan keluarga selama pasien melakikan isolasi mandiri adalah sebagai berikut.

·  Memastikan semua kebutuhan pokok pasien terpenuhi saat isolasi

·  Semua anggota keluarga selalu menerapkan protokol kesehatan

·  Jaga jarak dan hindari kontak dekat dan fisik dengan pasien kecuali salah satu anggota yang harus merawat pasien

·  Selalu memonitor kondisi pasien terutama perburukan gejala dan saturasi oksigen

·  Selalu buka ventilasi rumah dan jaga kesehatan imun

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro