Ilustrasi - Varian baru Virus Corona SARS-CoV-2./Antara
Health

Inikah Penyebab Kenapa Varian Omicron Disebut Lebih Menular?

Ni Luh Anggela
Rabu, 8 Desember 2021 - 19:23
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Varian Omicron telah ditetapkan sebagai variant of concern oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada akhir November lalu dan menyebabkan kepanikan di seluruh dunia.

Sejauh ini varian Omicron belum menimbulkan korban jiwa, meskipun diyakini sangat menular dan bisa menghindari vaksin Covid yang sudah ada. Juga, tidak ada kasus rawat inap dan orang-orang telah pulih dari infeksi ringan, yang tentunya merupakan tanda tingkat keparahan yang rendah.

Sejak awal kehadiran Covid-19 dan munculnya varian yang berpotensi membahayakan, para ilmuwan dan ahli medis telah mendesak semua orang untuk mengambil tindakan yang tepat dan mendorong untuk melakukan vaksinasi.

Namun, sejauh sejarah pandemi, virus telah berevolusi menjadi kurang berbahaya. Banyak yang mengatakan bahwa seiring waktu, virus yang paling mematikan sekalipun kehilangan karakter fatalistiknya dan menjadi kurang ganas.

Setelah masuk ke beberapa negara dalam rentang waktu yang singkat, varian Omicron dianggap sangat mudah menular.

Melansir Times of India, Rabu (8/12/2021) kasus baru terus di laporkan setiap harinya sejak awal varian baru. Namun kabar baiknya, tidak ada kematian atau kasus parah yang terkait dengan varian baru.

Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan Angelique Coetzee mengatakan sejauh ini tidak ada laporan kasus yang parah seperti kasus rawat inap atau tingkat oksigen yang rendah.

Meskipun tidak ada data yang dikonfirmasi tentang apakah varian baru ini lebih menular dibandingkan Delta, Coetzee mengatakan bahwa varian ini pasti menular.

Karena data yang ada menunjukkan bahwa kasus Omicron sejauh ini ringan, para ahli percaya itu menjadi alasan di balik mengapa varian ini lebih mudah menular.

Baru-baru ini, seorang peneliti dan juga dosen Eli David melalui akun Twitternya juga mengatakan hal yang sama.

Dalam cuitannya, David mengatakan varian ini mungkin sangat menular tetapi sejauh ini kasus yang mereka temui sangat ringan.

“Ini sangat masuk akal. Mutasi yang kurang ganas memiliki keuntungan evolusioner yang lebih besar. Ini persis dengan bagaimana flu Spanyol berakhir,” tulisnya.

Ini bisa menjadi kemungkinan, jika melihat aspek teoritis dari evolusi virus.

Idenya berasal dari tahun 1980-an ketika ahli epidemiologi evolusioner Paul Ewald mengembangkan teori virulensi. Teori ini menunjukkan semakin ganas kuman, semakin kecil kemungkinannya untuk menyebar.

Misalnya, jika seseorang menjadi sangat sakit hingga meninggal, maka mereka tidak dapat benar-benar menyebarkan infeksi. Artinya, jika virus ingin bertahan dan berevolusi, mereka harus menurunkan virulensinya, yang pada gilirannya meningkatkan penularan.

Ada banyak contoh bersejarah, dimana virus menjadi kurang berbahaya dan lebih mudah menular dari waktu ke waktu.

Misalnya, virus influenza H1N1 yang bertanggung jawab atas pandemi ‘flu Spanyol’ di tahun 1918 dan ‘flu babi’ di tahun 2009 yang masih ada hingga saat ini, namun tidak terlalu parah.

Hingga saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 berfungsi dengan cara yang sama. Jika iya, kita mungkin menantikan virus flu lain yang mudah dikendalikan.

Namun hingga kini, varian Covid-19 yang muncul justru terbukti lebih berbahaya dari varian sebelumnya.

Varian Omicron tampaknya memiliki aspek tertentu dari pendekatan teoritis. Tetapi sekali lagi, masih banyak spekulasi dan para ahli percaya penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro