Ilustrasi vaksin Covid-19./Antara
Health

Kanada Kembangkan Vaksin Covid-19 Berbasis Tanaman

Ni Luh Anggela
Jumat, 10 Desember 2021 - 13:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan bioteknologi Kanada, Medicago dan perusahaan farmasi, GlaxoSmithKline berkolaborasi untuk mengembangkan vaksin Covid-19.

Meskipun sudah ada banyak vaksin virus Covid-19 di pasaran, vaksin mereka memiliki keunikan, yaitu berbasis tanaman.

Apabila disetujui, vaksin Covid-19 dua dosis akan menjadi vaksin nabati pertama yang diizinkan untuk digunakan pada manusia, menurut pernyataan yang dirilis oleh Medicago pada Selasa (7/12), sebuah perusahaan swasta yang dipegang oleh Mitsubishi Tanabe Pharma Corporation Jepang dan anak perusahaan Big Tobacco, Philip Morris International.

Tidak hanya itu, hasil uji coba Fase 3 juga menjanjikan, yakni 71 persen efektif melindungi dari Covid-19.

Lantas apa itu vaksin berbasis tanaman dan bagaimana cara kerjanya?

Apa Itu Vaksin Nabati?

Melansir Health, Jumat (10/12/2021), dalam hal vaksinasi, 'berbasis tanaman' berarti peneliti merekrut tanaman untuk memproduksi bagian dari vaksin.

Petugas medis di Medicago Brian Ward mengatakan tanaman yang tepat digunakan adalah Nicotiana Benthmiana, kerabat dekat tembakau.

Yang menjadikan tanaman ini menarik adalah kerentanannya terhadap infeksi dari berbagai patogen, termasuk Covid-19. Ini artinya peneliti dapat menggunakan organisme berdaun sebagai wadah untuk memproduksi antigen, komponen kunci dari vaksin.

Antigen adalah bagian dari virus dan vaksin, yang memacu sistem kekebalan tubuh kita untuk bereaksi, menurut National Institute of Allergy and Infectious Diseases.

Dalam kasus Covid, protein lonjakan bertindak sebagai antigen. Itulah area virus yang coba ditiru.

Bila dibandingkan dengan vaksin yang sudah ada, bisa dibilang metode vaksin Medicago berbeda.

Pada vaksin Medicago, itu dimulai dengan memperkenalkan kode genetik untuk membuat protein lonjakan menjadi tanaman, bukan manusia. Ward menuturkan, kode ini bertindak seperti instruksi manual: sel tumbuhan membacanya dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk mulai memompa kelebihan protein lonjakan.

Semua protein lonjakan ini kemudian mulai menggumpal bersama, yang kemudian semakin menggumpal dan membentuk molekul yang terlihat seperti virus. Molekul-molekul ini, yang disebut partikel mirip virus (VLP) terbentuk di daun tanaman selama empat hari dan merupakan antigen dalam vaksin Medicago.

Nah selain VLP, vaksin Medicago juga memiliki satu komponen kunci lainnya, adjuvan yang dibuat oleh GlaxoSmithKline.

Adjuvan adalah bahan yang ditemukan di beberapa vaksin (tetapi tidak semua), yang menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat.

Sementara, VLP adalah penyusup yang menyerang sistem kekebalan, adjuvan ibarat tetangga yang peduli, memperingatkan sistem pertahanan tubuh bahwa itu telah dilanggar.

Vaksin Nabati 71 Persen Efektif Melindungi dari Covid-19

Selama uji coba Fase 3 yang mencakup 24.000 peserta dewasa di enam negara, vaksin nabati Medicago memiliki tingkat kemanjuran keseluruhan 71 persen.

Ward mengatakan, vaksin nabati menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat daripada jenis vaksin lainnya, berkat VLP. Ini karena VLP mempertahankan strukturnya saat berjalan melalui darah kita, sedangkan vaksin lain yang menggunakan protein lonjakan tunggal, cepat menyebar dalam aliran darah kita.

Tidak hanya itu, vaksin nabati tersebut 75,3 persen efektif melawan galur Delta yang saat ini dominan, dan hampir 89 persen efektif melawan galur Gamma. Namun, saat ini tidak ada data soal bagaimana kinerja vaksin nabati terhadap Omicron, karena varian ini belum muncul saat uji coba Fase 3 dilakukan.

Tidak Ada Efek Samping yang Serius

Sejauh ini, vaksin nabati diklaim telah ditoleransi dengan baik pada peserta uji coba dan tidak ada efek samping serius yang dilaporkan pada kelompok vaksin.

Beberapa efek samping kebanyakan ringan hingga sedang, yang sembuh dalam 1 hingga 3 hari.

Efek samping yang paling umum adalah sakit pada lengan, dan antara 40 hingga 50 peserta melaporkan semacam reaksi sistemik seperti kelelahan, nyeri otot atau sakit kepala. Sementara, kurang dari 10 persen subjek mengalami demam ringan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro