Bisnis.com, JAKARTA - Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, keluarganya dikenal memiliki banyak properti yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di pulau Bali, sebagai salah satu destinasi wisata populer dunia.
Meskipun beberapa properti telah dilepaskan kepemilikannya oleh keluarga Soeharto Namun, sejumlah properti lainnya masih terus beroperasi dan ramai hingga sekarang.
Lantas, apa saja deretan properti yang menjadi bisnis dari keluarga Cendana di Bali? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
1. Tommy Soeharto
Tommy Soeharto yang memiliki nama lengkap Hutomo Mandala Putera ini merupakan anak kelima atau bungsu dari Soeharto.
Sosok Tommy menjadi penggagas lima proyek properti di kawasan Pecatu Indah Resort, Jimbaran Bali, yakni Klapa Entertainment, Green Park, New Kuta Golf, New Kuta Kondotel dan New Kuta Hotel Resort. Khusus New Kuta Hotel Resort dikelola oleh jaringan bisnis PT Lor International Hotel.
Tak hanya itu, hal yang menarik lainnya adalah soal keberadaan Pantai Dreamland.
Melansir dari berbagai sumber, semula lokasi ini adalah titik kecil dari areal 900 hektare milik PT Bali Pecatu Graha (BPG) yang diborong Tommy Soeharto untuk disulap menjadi resor superluks "Resor Pecatu Indah".
Namun, seiring Indonesia tersapu krisis moneter dan krisis kredibilitas pimpinan, megaproyek ini mulai meredup. Akhirnya, baru pada 2014 pantai ini mulai mendapatkan lagi perhatian dan mulai mendapatkan sentuhan kembali dan mulai dipadati turis domestik dan asing.
Selain memiliki properti yang terus beroperasi. Sejumlah proyek properti milik Tommy pun dikabarkan mangkrak, mulai dari Hotel Pondok Indah Bedugul atau lebih sering disebut PI dibangun pada 1997-an lalu Hotel The Lorin Bali Resort.
2. Bambang Trihatmodjo
Bambang adalah seorang putra ketiga mantan Presiden Indonesia H. M. Soeharto dan Siti Hartinah.
Dirinya merupakan pendiri Bimantara Citra yang saat ini berubah menjadi PT Global Mediacom Tbk.
Beberapa properti mewah Bali yang diketahui berada di bawah Bimantara Group antara lain Intercontinental Bali Resort yang diresmikan Soeharto pada 1993,
Hotel Sheraton Nusa Dua Indah dan Pusat Konvensi (sekarang The Westin Resort Nusa Dua, Bali), Sheraton Lagoon Nusa Dua Beach Hotel (sekarang The Laguna, a Luxury Collection Resort & Spa, Nusa Dua, Bali).
3. Sigit Harjojudanto
Sigit Harjojudanto adalah anak kedua dari Soeharto dan Siti Hartinah. Sebagai seorang pengusaha Tanah Air yang terkenal, dirinya terjun di bisnis properti.
Bersama Sudwikatmono yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan M Ng. Rawi Prawirodihardjo dan Sugiem yang merupakan paman dan bibi dari Presiden Soeharto, Sigit menjalankan bisnis ini bersamanya.
Melansir dari Venue Magz, Hotel Grand Nikko Bali berganti menjadi Hilton setelah terjadi penandatanganan perjanjian manajemen baru antara Hilton Worldwide dengan PT Caterison Sukses sebagai pemilik hotel. Resor dengan 408 kamar itu akan resmi menjadi Hilton Bali pada 1 Desember 2016.
Tak hanya itu, dikabarkan Sigit menjadi pemilik dari Bali Cliff Resort yang berlokasi di Desa Ungasan, Bali. Namun pada 2005, hotel di atas karang terjal ini berhenti beroperasi.
Meski bangunan tersebut kosong, dilaporkan sejumlah tenaga keamanan masih tampak menjaganya,
4. Siti Hardijanti Hastuti Soeharto
Melansir dari Satelit Earth, sebagai putri pertama Soeharto yaitu Siti Hardijanti Hastuti Soeharto atau biasa dikenal dengan Tutut Soeharto bersama dengan Sultan Brunei membangun Nusa Dua Beach Hotel.
Berdasarkan arsip Kementerian Sekretaris Negara, awal kerjasama ini tercipta kala pemerintah ingin membangun Kawasan Pariwisata Terpadu Nusa Dua. Demi mewujudkan cetak biru itu, dibentuklah PT Pengembangan Pariwisata Bali atau Bali Tourism Development Corporation (BTDC) pada 1973 silam.
BTDC bertugas menyiapkan lokasi pembangunan, cetak biru lebih terperinci, dan menciptakan infrastruktur berstandar dunia sehingga mampu menarik investor global berinvestasi ke Nusa Dua Resort, nama awal kawasan itu.
Pada Mei 1983, Nusa Dua Beach Hotel diresmikan Presiden RI ke-2 Soeharto dan menjadi hotel pertama di sana dengan kapasitas 450 kamar. Hotel tersebut kini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Sultan Hassanal Bolkiah lewat Brunei Investment Agency (BIA).