Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia I. Oetama Marsis/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji
Health

Bukan IDI, Tim Kemenkes yang Nilai Metode ‘Cuci Otak’ Dokter Terawan

Newswire
Senin, 9 April 2018 - 12:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Profesor Ilham Oetama Marsis menegaskan bahwa bukan ranah IDI untuk menilai metode DSA atau ‘cuci otak’ (brain flushing) yang dilakukan Kepala RSPAD Gator Subroto Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad.

Oleh karena itu, menurut Marsis, IDI merekomendasikan penilaian terhadap tindakan terapi dengan metode metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau cuci otak dilakukan oleh tim Health Technology Assesement (HTA) Kementerian Kesehatan.

Marsis menyampaikan hal itu saat memberi keterangan perihal penundaan pelaksanaan putusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI berupa sanksi pemecatan dan pencabutan rekomendasi izin praktik Terawan.

"PB IDI menunda melaksanakan putusan MKEK karena keadaan tertentu. Oleh karenanya ditegaskan bahwa hingga saat ini dr Terawan Agus Putranto masih berstatus sebagai anggota IDI," kata Marsis dalam konferensi pers di kantor PB IDI jakarta, Senin (9/4/2018).

Marsis menegaskan keputusan penundaan tersebut dilakukan karena IDI masih melakukan proses verifikasi dan mengumpulkan bukti-bukti tambahan terkait putusan yang diberikan dari MKEK juga jawaban dari dr Terawan dalam forum pembelaannya yang dilakukan pada Jumat (6/4/2018).

Dia menjelaskan putusan MKEK IDI hanya berupa rekomendasi kepada PB IDI, sementara PB IDI bertugas sebagai eksekutor rekomendasi tersebut.

Penundaan tersebut sangat tergantung pada pembuktian dengan hasil akhir putusan.

"Penundaan bagi kita sangat tergantung pada bukti-bukti, bisa suatu pembebasan dari tuduhan, namun bisa juga kita melakukan rekomendasi dari MKEK," kata Marsis.

Sebelumnya, MKEK IDI merekomendasikan amar putusan pemberian sanksi kepada dr Terawan berupa pemecatan sebagai anggota IDI selama satu tahun dan pencabutan rekomendasi izin praktik.

MKEK IDI beralasan Terawan dianggap mengiklankan diri terkait metode terapi cuci otak melalui DSA yang dilakukannya, menarik bayaran besar, dan menjanjikan kesembuhan pada pasien di mana hal tersebut bertolak belakang dengan etika kedokteran.

Dari segi ilmiah, sejumlah ahli beranggapan metode cuci otak melalui DSA dan obat heparin bukanlah untuk pengobatan dan pencegahan stroke melainkan berfungsi untuk diagnosis penyakit dalam membantu mengetahui pemberian metode pengobatan yang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro