Show

Malam ini Goethe putar film genosida 1965

Inria Zulfikar
Selasa, 25 Januari 2011 - 05:47
Bagikan

JAKARTA: Pusat Kebudayaan Jerman, Goethe Institut memutar film korban pembunuhan masal pada 1965 berjudul Mass Grave, Digging Up The Cruelties(An Indonesia's Forgotten Barbarism) karya sutradara Lexy Junior Rambadeta malam ini (25 Januari 2011).

Pemutaran film dalam rangkaian acara Screen Docs! ini bertema Deal with The Past. Selain film karya Lexy Junior Rambadeta, akan diputar juga film karya sutradara Jerman Malte Ludin berjudul Zwei oder drei Dinge, die ich von ihm weiss - Die Gegenwart der Vergangenheit einer deutschen Familie (Dua atau Tiga Hal yang Kutahu tentang Dia - Masa kini dari masa lalu sebuah keluarga Jerman).

Pada kesempatan ini diadakan diskusi tentang "Dealing With The Past" bersama para pembicara Saiful Haq (Sekjen Institute for Welfare Democracy) dan Putu Oka Sukanta (penulis dan mantan tahanan politik), dengan moderator Lexy Junior Rambadeta (sutradara film dokumenter), kata Asisten Kulturprogramm Goethe-Institut Indonesia Dinyah Latuconsina hari ini.

Film Mass Grave, Digging Up The Cruelties (An Indonesia's Forgotten Barbarism) mendapat penghargaan Jakarta International Film Festival 2001. Karya Lexy Junior yang dibuat pada tahun 2001 ini mengambil subjek tentang Diskriminasi, Sejarah, Politik, Kekerasan.

Film berdurasi 26 menit ini dalam bahasa Indonesia dengan teks bahasa Inggris. Film ini secara lengkap memperlihatkan peristiwa pemakaman kembali 26 korban pembunuhan massal selama tahun 1965.

Pada November 2000 beberapa kelompok aktivis hak asasi manusia dan keluarga korban yang terbunuh dalam pembantaian 1965-1966 menggali sebuah kuburan massal di Wonosobo, Jawa Tengah. Film dokumenter ini adalah usaha pertama yang emosional untuk menyelidiki pembantaian 1965, membuktikan bahwa pembunuhan tersangka komunis memang terjadi seperti yang dilaporkan oleh saksi mata dan mereka yang kehilangan kerabatnya.

Sementara film Zwei oder drei Dinge, die ich von ihm weiss karya Malte Ludin berangkat dari "dua atau tiga hal" yang dia ketahui dari ayahnya, Hanns Ludin, penjahat perang Nazi. Malte Ludin memberanikan diri membuat film tentang bagaimana masa lalu sang ayah yang mengerikan menguasai masa kini keluarganya. (ea)

Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Mursito
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro