Show

Kun Adnyana pamerkan Teater Tubuh

Inria Zulfikar
Sabtu, 3 September 2011 - 15:24
Bagikan

JAKARTA: Perupa Wayan Kun Adnyana menggelar pameran tunggal di Ganesha Gallery, Four Seasons Resort, Jimbaran, Bali, mulai hari ini sampai 3 Oktober bertema “Body Theater” (Teater Tubuh).

Dalam pameran ini Kun Adnyana memajang  13 lukisan terbaru yang menggambarkan pada pesona tubuh-tubuh dengan beragam kisah. Tubuh berotot, dengan gestur berkarakter pertunjukan, mengundang tafsir; apa gerangan yang dilakukan tubuh-tubuh itu? Hal yang menarik, semuanya mengenakan topeng.

Tubuh berotot dan bertopeng  menjadi fase baru pendakian kreatif seorang Kun Adnyana. Perupa yang juga dosen dan penulis kebudayaan ini, seakan merefleksi peristiwa-peristiwa kontemporer ruang sosial kita. Bagaimana tidak, gerak tubuh berotot itu jelas menyiratkan beragam kisah, beragam sindiran, dan juga memantik drama kehidupan.

Sebut misalnya, karya berjudul” The Wild Hunters” yang ukuran 140X250 Cm, seakan memberi sindiran atas bagaimana kita mendalilkan alam sebagai entitas yang mudah ditaklukkan. Tergambar dari adegan perburuan seekor belalang berukuran raksasa. Ketika manusia begitu pongah menyatakan diri sebagai aku, Kun Adnyana malah melukiskan belalang berukuran melebihi manusia.

“Hanya belalang, sebuah metafor yang mudah dijumput. Bukankah, fenomena ulat bulu, beberapa waktu lalu sempat meresahkan sebagian masyarakat?’ kata Kun Adnyana.

Begitu juga dengan karya Kun berjudul “Who Am I?” berukuran 145X150 Cm, dengan menyindir, karya ini menegaskan tanda tanya; sebenarnya siapa diri kita masing-masing ini? Tubuh-tubuh dengan topeng beragam rupa, seakan menyidik diri sendiri. Mempertanyakan betapa tubuh telah begitu jauh ditipu topeng yang menempel di muka. Topeng, jelas perkara peran tubuh atas kehendak obsesi keinginan.

Menurut Kun Adnyana, memilih tubuh-tubuh sebagai subjek karya, berdasar beberapa alasan, satu diantaranya, karena tubuh telah begitu monumental dijadikan subjek oleh manusia atas interpretasinya pada sesuatu yang agung, termasuk untuk menerjemahkan ragawi Sang Pencipta.

Sementara memilih pemakaian topeng, Kun berkeyakinan citra topeng, menjadikan tubuh-tubuh berarti siapa atau apapun. Namun, ketika tubuh lekat dengan muka yang ada, dia hanya menjadi dirinya sendiri, dan cenderung bertafsir tunggal.  (tw) 

Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Nadya Kurnia
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro