Relationship

Penghasilan dari Hobi. Bagaimana Menyikapinya?

Deliana Pradhita Sari
Kamis, 31 Oktober 2013 - 17:33
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Sama seperti manusia pada umumnya, para eksekutif juga memilki kesenangan yang mungkin dijadikan sebuah rutinitas berkala, baik yang dilakukan seorangan atau bersama dengan komunitas atau klubnya.

Sebut saja dari hobi mahal seperti mengoleksi barang antik, jalan-jalan ke luar negeri, gonta-ganti mobil hingga hobi olahraga dengan komunitas seperti bersepeda, tenis, golf atau sepak bola.

Terkadang hobi mereka membutuhkan beberapa rekan dari kalangan yang sama dalam wadah satu komunitas. Dan dari situlah bisnis sampingan mulai dimainkan. Sehingga ajang menggeluti hobi bertambah perannya menjadi ajang mengisi (lagi) pundi-pundi keuangan.

Psikolog keluarga Pusat Konsultasi Psikologi Terapan Universitas Pancasila Arie Radyaswati mengatakan hobi memang dimiliki siapa saja, tak pandang bulu, dari pengangguran hingga para eksekutif.

“Jika konteks hobi untuk membangun relasi, tidak mengganggu pekerjaan dan selama terbuka dengan pasangan, hal itu tak akan pernah menjadi masalah,” katanya ketika dihubungi Bisnis belum lama ini.

Hobi akan dirasa bermasalah jika sudah menganggu keuangan dan kebersamaan keluarga.

Esensi hobi dilakukan bukan untuk mencari uang tetapi untuk kesenangan. Namun jika hobi tersebut positif dan mampu menghasilkan uang, kenapa tidak?

Jika dengan hobi, keluarga akan lebih makmur keuangannya dan hobi tersebut tidak dikategorikan dalam kegiatan negatif seperti judi atau kasino dan main perempuan, hal itu akan menjadi nilai tambah.

Hal yang harus diperhatikan, menurut Arie, adalah menejemen waktu. Para eksekutif biasanya hanya memiliki day off pada weekend saja. Mereka harus bisa mengatur waktu untuk menggeluti hobinya. Skala prioritas waktu juga harus dimainkan. Misal, dalam waktu bersamaan mereka dipilihkan dengan hobi dan mengambil hasil ujian sekolah anak. Mereka harus tau betul mana yang harus didahulukan. Keluarga lah yang harus menjadi prioritas yang utama.

Jika para eksekutif mampu menerapkan nilai tersebut, ia dianggap lolos dalam memainkan hobinya.

Selanjutnya para eksekutif harus memperhatikan persetujuan dari pasangan. Komunikasi terbuka harus selalu dilakukan. Jika pasangan sudah mulai komplain, berarti hobi tersebut harus dihentikan karena pasti sudah mengganggu stabilitas waktu kebersamaan dengan keluarga. Suami akan menjadi tidak tenang dalam menjalankan hobinya jika terdapat komplain dari pasangan.

Selain itu, uang masuk dari hobi tersebut harus selalu dikomunikasikan dengan pasangan. Jadi alur uang masuk dan keluar akan lebih jelas. Pemanfaatan uang pun akan lebih berguna jika didiskusikan bersama. 

Editor : News Editor
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro