Bisnis.com, JAKARTA--Salah seorang teman saya yang bekerja sebagai konsultan keuangan sebut saja namanya Shela (22) mengaku sangat jarang minum air putih. "Saya memang tidak haus, masa dipaksa minum," begitulah jawabnya jika saya menyuruhnya minum air putih.
Dia mengaku kurangnya minum air putih juga didasari kemalasannya untuk buang air kecil karena baginya semakin sering buang air kecil maka waktu kerjanya akan terbuang percuma dengan mondar-mandir ke kamar kecil.
Sheila juga melakukan olahraga lari ketika hari Sabtu dan Minggu pagi. Baginya, minum air putih setelah olahraga dirasa cukup baginya. Usai lari sekitar 30 hingga 45 menit, dia dapat mengonsumsi air mineral sebanyak 600 mL.
Senada dengan Arif Adi (22), salah satu penggemar olahraga bulutangkis di Bandung mengatakan dirinya tiap sore hari bermain bulutangkis dengan temannya. Dia mengonsumsi air putih selepas permainan usai sebanyak 600 mL air.
Lantas apakah asupan cairan Sheila dan Arif pada kesehariannya maupun selepas olahraga sudah cukup dan tepat untuk menjaga dirinya dari dehidrasi?
Berdasarkan penilitian dari Peacock OJ, dkk, sebanyak 90% anak dan 37% dewasa di dunia mengalami dehidrasi.
Dehidrasi ini banyak timbul sebelum mereka memulai latihan fisik. Asupan cairan mereka lebih rendah daripada jumlah keringat yang keluar saat latihan fisik dan mengalami gangguan psikologis saat latihan dibandingkan individu yang status hidrasinya normal.
Pada saat seorang melakukan latihan fisik, di samping melakukan kegiatan sehari-hari, terjadi peningkatan aktivitas otot rangka yang membutuhkan energi lebih karena meningkatnya metabolisme tubuh.
Peningkatan metabolisme tubuh akan meningkatkan produksi panas tubuh.Jika produksi panas tubuh meningkat, asupan cairan harus diperbanyak.