JAKARTA— Indonesia mempunyai kesempatan yang besar mengembangkan busana etnik kontemporer untuk memasuki pasar global, kata seorang perancang mode senior.
Ali Charisma, perancang mode senior yang sudah hampir 15 tahun ekspor busana menilai busana etnik kontemporer mempunyai peluang yang besar dibandingkan dengan busana konvensional, karena belum tergarap.
“Etnik kontemporer bukan berarti kain tradisional, tapi mengambil inspirasi dari kain tradisional,” kata Ali yang juga Presiden Direktur Indonesia Fashion Week disela-sela seminar sehari tentang Indonesia Business Fashion Development Get Ready for Global Market di Hotel Millenium Sirih Jakarta, Selasa (24/6/2014).
Ali yang juga Wakil Presiden Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mencontohkan motif-motif kain tradisional atau tenun bisa dibuat dalam bentuk industri. Misalnya, motif-motif itu dibuat dengan proses printing, laser cut, sablon, atau bordir.