Bisnis.com, JAKARTA--Galeri Nasional Indonesia menggelar pemeran seni rupa Indonesia bertajuk "Sadali: Karya, Pemikiran, dan Penafsiran" yang menampilkan 68 lukisan kanvas yang berkaitan dengan Maestro Ahmad Sadali.
Tubagus Sukmana, Kepala Galeri Nasional Indonesia (GNI), menuturkan sejak 2012, pameran maestro seni rupa Indonesia merupakan acara yang digelar setiap tahun. Pada 2012, GNI menampilkan karya-karya Raden Saleh, disusul dengan pameran karya Sindu Sudjojono pada 2013.
"Tahun ini kami menampilkan 68 karya-karya Ahmad Sadali dan para seniman lain dari generasi berbeda yang mengambil pelajaran dan pengaruh dari karya dan pemikiran Ahmad Sadali," ujarnya dalam pembukaan pameran, Rabu malam (25/6).
Lukisan yang dipamerkan, lanjutnya, mayoritas merupakan koleksi keluarga Sadali. Tak hanya pameran, "Sadali: Karya, Pemikiran, dan Penafsiran" yang akan berlangsung dari 25 Juni-14 Juli 2014 juga diisi dengan diskusi seni rupa, gallery tour, dan artist talk.
Salah satu kurator pameran ini Rizky A. Zaelani mengatakan karya seni rupa Ahmad Sadali tidak bisa dilepaskan dari abstraksi. Namun, dalam perkembangan karirnya sebagai seniman, Sadali mencari sisi keseimbangan dan gerak harmoni yang memiliki arti yang mendalam dan esensial.
"Kita mau menghidupkan lagi diskusi soal karya-karya Sadali. Beliau tidak hanya menjadi perintis seni lukis abstraksi, tapi juga membuka pintu seni rupa kontemporer Islam di Indonesia melalui lukisan kaligrafi," kara Rizky.
Adapun 12 perupa masa kini yang dipilih untuk ikut memamerkan karyanya, yakni Bambang Ernawan, Dadang MA, Putut W Widodo, Irman A Rahman, Oco Santoso, S. Handono Hadi, Mierza Said, Dwi Setya, Handiwirman Saputra, Dikdik Sayahdikumullah, Agung Fitriana, dan Tandya RS.
Ravi Ahmad Salim, anak Ahmad Sadali, menuturkan pameran ini merupakan cita-cita lama yang akhirnya terwujud dan diharapkan bisa menjadi sarana mewariskan pengaruh Sadali kepada generasi seniman masa kini.
"Pameran ini langkah awal untuk menghidupkan kembali warisan Ahmad Sadali kepada masyarakat Indonesia agar spirit dan aspek positifnya bisa dikembangkan dan dibudayakan," kata Ravi.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Setiawan Sabana menilai konsep berkesenian Sadali harus ditularkan kepada seniman Indonesia. Setelah pameran ini, Setiawan berharap pemikiran dan karya Sadali dapat dibukukan untuk menjadi referensi dunia seni rupa di Tanah Air.
Lukisan Ahmad Sadali yang dipamerkan merupakan karya yang dibuat pada rentang 1940 hingga 1980-an. Sadali merupakan murid pertama Ries Mulder, seorang pelukis berkebangsaan Belanda dan dosen yang turut membangun berdirinya Departemen Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pada awal karirnya, lukisan Sadali cenderung bergaya kubistik yang belakangan disebut sebagai gaya Mazhab Bandung. Sadali yang sempat menjabat sebagai Ketua jurusan Seni Rupa ITB pada 1966-1968 ini tutup usia pada September 1987 dalam usia 63 tahun.