Bisnis.com, JAKARTA- Hasil survei World Happiness Report 2013 yang dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan tingkat kebahagiaan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya.
Indonesia dalam penelitian itu ditempat kan di posisi ke-76 dalam peringkat negara yang paling berbahagia di dunia. Posisi negeri jiran relatif lebih bagus, tengok saja Thailand pada level 36 dan Malaysia duduk di posisi ke-56.
Penelitian di University of California, Riverside menyebutkan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kebahagiaan seseorang adalah dengan melakukan sebuah kebaikan, membantu orang lain, dan saling berbagi dengan
sesama.
Berbagai kegiatan serupa diyakini dapat meningkatkan emosi, pikiran dan perilaku positif yang kemudian menciptakan perasaan bahagia.
Namun, pada era teknologi informasi seperti saat ini justru mendorong gaya hidup kebanyakan orang menjadi lebih individualistik.
Pada saat ini ini kebanyakan orang lebih suka aktif di dunia maya melalui sosial media dibandingkan dengan berinteraksi aktif secara realtime langsung dalam dunia nyata.
Para orangtua pada saat ini lebih memilih memberikan gadget pada anak tanpa melihat umur yang seharusnya. Kesibukan orangtua sering menjadikan mereka dengan mudah menyediakan segala fasilitas yang diinginkan oleh anak tanpa memikirkan lebih jauh dampak dari hal tersebut.
Padahal, peran orangtua sangat penting untuk membentuk karakter anak dan remaja kedepannya di tengah perkembangan teknologi dan gaya hidup yang semakin pesat pula.
Kebiasaan salah yang ditunjukkan orangtua itu tanpa disadari ternyata turut berkontribusi dalam menciptakan sikap individualisme dan ketidakmampuan berempati pada anak yang berpotensi melemahkan semangat berbagi antar sesama.
Sementara itu, tingkat kebahagiaan seseorang juga sangat berkorelasi kuat terhadap semangat berbagi, seperti kisah pelajaran hidup yang diterima Sigi Wimala, aktris sinetron Indonesia, ketika dirinya masih kecil dan tinggal di Australia.
Kala itu, Trees Tarunawati Kusumawardani yang merupakan mama Sigi mengajarkan pentingnya berbagi dan berkorelasi kuat pada tingkat kebahagiaan, melalui cara memberikan uang saku sebesar Aus$5. “Ini Aus$5. Silahkan kamu habiskan untukmu sendiri.”
Sigi pun menghabiskan uang tersebut untuk membeli burger, permen, dan barang-barang lainnya. Ketika pulang sekolah, sang ibu menanyakan kepada Sigi, apa yang dirasakan hari ini dengan uang saku Aus$5 tersebut. “I’m happy,” jawab Sigi.
Pada hari berikutnya, sang mama memberikan kembali uang dengan besaran yang sama kepada Sigi, sambil berpesan agar dirinya menghabiskan uang itu dengan berbagi bersama temantemannya.
Sigi pun melakukan pesan mama. Saat tiba kembali di rumah, Mama kembali bertanya tentang perasaannya pada hari itu. “I’m feel better,” ujar Sigi.
Sigi merasakan apa yang dilakukannya ketika berbagi dengan teman-temannya membuat dirinya hari itu merasa lebih bahagia dibandingkan dengan perasaan pada hari sebelumnya.
“Saya melihat dan merasakan adanya sebuah korelasi yang sangat kuat antara tingkat kebahagiaan dan semangat berbagi,” tutur perempuan cantik itu ketika mengisahkan kembali sebuah pelajaran penting tentang berbagi dari orangtuanya tersebut.
Dia menambahkan sebagai seorang ibu dari anak perempuannya, Maxine Sara, korelasi yang kuat antara tingkat kebahagiaan dan semangat berbagi itu telah mendorongnya untuk mengobarkan semangat berbagi dalam rangka mewujudkan generasi berbagi di Indonesia dan bergabung dalam Save A Teen sebagai Brand
Ambassador melalui Aksi 5 Menit Biasa Berbagi. Save a Teen merupakan gerakan sosial fundraising yang diinisiasi Putera Sampoerna Foundation untuk membantu anak-anak Indonesia dari keluarga prasejahtera untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
