Mirip Fenomena Tanaman Jenmanii
Dia khawatir demam akik yang datang tiba-tiba belakangan ini tak ubahnya seperti fenomena jual beli tanaman hias anthurium atau jenmanii beberapa tahun lalu. Harga tanaman jenmanii pernah menjadi tidak masuk akal. Beberapa tanaman jenmanii yang menghasilkan biji bisa terjual dengan harga jutaan hingga miliaran rupiah.
Namun, setelah para kolektor pemegang modal mendapatkan untung, prospek bisnis jenmanii tiba-tiba surut lalu lenyap. Tak sedikit yang merugi, meski banyak pula yang meraup untung.
“Saya menduga ada indikasi ke sana [seperti jenmani]. Berapa sih harga pantas untuk sebuah akik? Kok ya sampai ada yang harganya sangat mahal? Apa itu karena segi artistik? Atau punya nilai sejarah?” kata dia.
Pemilik usaha kerajinan batu akik Ngudi Roso di Kahyangan, Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, M. Hartono, mengatakan meroketnya harga batu mulai, terutama akik, belakangan ini memang tak terlepas dari campur tangan para pemasar.
Menurut dia, orang-orang yang bergelut pada bidang itu memiliki kemampuan mengolah bahasa dan berbagai hal sehingga pembeli terpancing untuk membeli batu yang dikatakan sedang jadi tren saat ini.
“Yang untung itu ya para tenaga marketing itu. Harga kan mereka yang mengatur tinggi-rendahnya. Apalagi harga batu memang tak ada standarnya. Beda dengan pengrajin seperti saya. Saya harus menghitung harga bahan dengan harga setelah jadi akik dengan mempertimbangkan tingkat risiko. Harga di sini sebenarnya ya standar-standar saja dari dulu,” papar dia kepada Espos, Jumat (13/2).