Bisnis.com, JAKARTA -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan kesehatan ini turut menambahkan risiko komplikasi penyakit lain seperti jantung, ginjal, dan gangguan otak.
Hipertensi juga dikenal sebagai silent killer karena hampir tidak menimbulkan gejala apapun. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Siska Suridanda Danny mengungkapkan, pasien sering tidak menyadari hipertensi, karena penyakit ini kerap muncul tanpa gejala.
Beberapa penderita hipertensi berat pun bahkan hanya sedikit yang mengalami gejala seperti sakit kepala yang parah, kelelahan terus menerus, masalah penglihatan, kesulitan bernapas dan nyeri dada.
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi bila tekanan darahnya di atas rata-rata tekanan darah pada umumnya, yakni 140/90 mmHg. Menurut Siska, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular akibat komplikasi hipertensi meningkat dua kali lipat setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mmHg.
Oleh karena itu, dokter yang juga menjadi pengurus inti Indonesian Society of Hypertension (InaSH) ini sangat menyarankan masyarakat untuk melakukan deteksi dini, antara lain dengan memeriksakan tekanan darah secara rutin dan menjaga pola hidup sehat.
Periksa Tekanan Darah
Selain itu, konsistensi dan kepatuhan dalam terapi juga ikut menentukan proses penyembuhan pasienhipertensi.
“Penyebab hipertensi bisa berbagai faktor, mulai dari gaya hidup hingga adanya kecenderungan genetis, meski hal tersebut bukan sesuatu yang pasti. Hipertensi itu penyakit tidak menular yang paling gampang dikontrol, obatnya juga murah. Yang penting kesadaran masyarakat untuk mencegah dan melakukan terapi sampai tuntas,” ujarnya, Sabtu (11/4/2015).
Anjuran pemeriksaan tekanan darah terbagi ke dalam dua kelompok usia. Bagi masyarakat berusia di antara 20 hingga 40 tahun tanpa gejala hipertensi, pemeriksaan darah sebaiknya dilakukan setiap dua tahun sekali.
Namun, bagi masyarakat di atas usia 40 tahun yang memiliki riwayat tekanan darah normal tinggi (130-139 mm/80-89 mmHg) dan memiliki faktor risiko kardiovaskular lain seperti diabetes, obesitas, kolesterol tinggi dan riwayat hipertensi pada keluarga, maka pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan setiap satu tahun sekali.
Pemeriksaan tekanan darah ini, ujar Siska, bisa dilakukan baik secara mandiri oleh pasien di rumah atau juga di klinik dengan bantuan tenaga medis. Pemeriksaan secara mandiri sangat penting dilakukan terlebih bagi para pasien yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, pasien yang baru mulai terapi anti hipertensi, pasien penyakit jantung koroner, gagal ginjal dan diabetes, serta ibu hamil.
Yang patut diperhatikan, masyarakat harus memilih alat pemeriksa tekanan darah yang terkalibrasi dengan baik pada tubuh. Saat ini ada banyak tensimeter yang dijual di pasaran, tetapi yang masih menjadi rekomendasi para dokter adalah yang memiliki manset untuk diletakkan pada bagian lengan atas.