Bisnis.com, JAKARTA - Desainer kenamaan Indonesia Denny Wirawan mengaplikasikan Batik Kudus sebagai inspirasi dalam koleksinya dengan label 'Balijava'. Dibanding batik dari daerah lain, Batik Kudus masih kurang populer.
Selain mengaplikasikannya sebagai inspirasi di koleksi labelnya, pada 7 Juni 2015 kemarin, Denny Wirawan juga mengangkat kain Batik Kudus pada acara Indofest di Nottingham London sebagai teaser untuk acara fashion show Balijava-Batik Kudus yang akan dihelat September 2015 mendatang di Jakarta.
Melalui koleksinya ini, Denny mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencintai dan melestarikan Batik Kudus yang dikenal memiliki motif yang unik dengan ragam pola yang rumit namun tetap halus. "Motif-motif ini sekarang sangat langka dan hal ini menjadi tanggung jawab kita untuk melestarikan dan mengembangkan agar mampu bersaing dengan berbagai jenis batik ataupun kain lainnya di dalam maupun di luar negeri," terangnya.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian menuturkan berangkat dari keprihatinan bahwa Batik Kudus masih kalah populer dengan batik dari daerah lain, maka Bakti Budaya Djarum Foundation serta Denny Wirawan memiliki semanga untuk membawa ketenaran batik Kudus ke pasar retail melalui label Balijava.
Batik Kudus dikenal sejak tahun 1930-1960 yang berawal dari pengaruh kuat daerah pesisiran dan memiliki ciri khas kepala buketan serta dlorong. Pada awal tahun tersebut, karya pembatik bernama Ny Lie Boen In cukup populer karena motif khasnya sarat akan isen-isen yang cukup padat, seperti motif Buket latar Biji Mentimun. Pada tahun 1950-an mulai bermunculan pembatik baru yang mengembangkan Batik Kudus seperti Ok Hwa, Gan Tjioe Gwat, dan Oei Siok Kiem yang sangat populer dengan motif Merak Cattleya dengan latar isen-isen Cengkehan. Namun, di akhir 1960-an produksi kain di Kudus mengalami penurunan dengan berkembangnya industri kretek, sehingga banyak para pembatik yang akhirnya memilih untuk beralih profesi.