Bisnis.com, JAKARTA - Para ahli di seluruh dunia sepakat 1.000 hari pertama kehidupan merupakan masa terpenting dalam hidup seseorang. Siklus 1.000 hari pertama kehidupan dimulai sejak masa kehamilan selama 9 bulan (270 hari) hingga usia 2 tahun (730 hari).
Kualitas nutrisi dan kesehatan ibu dan bayi pada masa ini merupakan fase yang sangat kritis karena seluruh organ dan sistem tubuh sedang bertumbuh dan berkembang. Selama di dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti jantung, hati, dan ginjal.
Pada saat dilahirkan, bayi mempunyai organ yang hampir semuanya telah selesai dibentuk, kecuali beberapa fungsi, yaitu perkembangan otak dan imunitas yang berlanjut sampai ulang tahun keduanya.
Pemenuhan gizi yang optimal selama periode ini akan memberikan kesempatan bagi bayi untuk hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif. Kekurangan nutrisi sejak dalam kandungan dan 2 tahun pertama kehidupannya akan berdampak pada tumbuh kembangnya di masa depan.
Bila pasokan gizi dari ibu ke janin kurang selama masa kehamilan serta selama 2 tahun kehidupannya, bayi juga akan melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang bersifat permanen tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ serta tubuh yang lebih kecil, sehingga sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.
Bayi yang mengalami kekurangan gizi pada seribu hari pertama kehidupan, berisiko menderita penyakit tidak menular/kronis, tergantung organ yang terkena. Bila ginjal, maka akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal, bila pankreas berisiko penyakit diabetes tipe 2, dan bila jantung akan berisiko menderita penyakit jantung, dan seterusnya.
Selanjutnya, bila kekurangan gizi terjadi pada otak, akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif. Selain itu, juga mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga berisiko pendek (stunting).
Asupan nutrisi dan gizi penting yang harus dipenuhi selama 1.000 hari pertama kehidupan bayi mencakup nutrisi mikro, yakni terdiri dari vitamin, mineral, dan air. Selanjutnya, nutrisi makro yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Dokter Tria Rosemiarti selaku Medical Affairs Manager Sarihusada mengatakan nutrisi dapat bermanfaat bagi tubuh secara mandiri, tetapi sinergi nutrisi akan memberikan efek yang lebih optimal. Sama halnya dengan orkestra, jika dimainkan bersama akan menghasilkan harmonisasi musik yang lebih indah.
Pendekatan sinergi nutrisi melalui food sinergi yang menekankan kombinasi beberapa jenis makanan untuk mendapatkan nutrisi yang bervariasi bisa dengan cara menggabungkan gizi pada makanan apa saja, seperti ikan dan brokoli. Asupan vitamin D pada ikan akan dibantu diserap oleh tubuh dengan kalsium yang ada pada brokoli.
“Berdasarkan pada temuan-temuan ilmiah bahwa zat-zat gizi tidak bekerja sendirian, beberapa bekerja secara sinergi dengan saling mendukung, karena sebuah komponen nutrisi dapat berperan sebagai katalis dari nutrisi lain dan dapat membantu penyerapan yang lebih baik di dalam tubuh,“ katanya, beberapa waktu lalu.
Dia mencontohkan asupan kalsium harus bersinergi dengan vitamin D. Pasalnya, vitamin D dapat membantu penyerapan kalsium yang bermanfaat untuk pembentukan dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi. Kemudian vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi agar anak tetap aktif dan mencegah anemia.
Nutrisi lain yang bersinergi, yaitu kandungan AA DHA dan ALA, LA untuk perkembangan otak, prebiotik dan Zinc untuk kesehatan saluran cerna, vitamin A dan Zinc untuk sistem imunitas.
Optimalisasi tumbuh kembang anak memerlukan nutrisi yang bekerja dengan efektif dalam tubuh. Dengan adanya sinergi nutrisi yang tepat di level yang presisi, maka nutrisi akan bekerja dengan baik, sehingga dapat mengoptimalkan penyerapan dan pemanfaatan nutrisi secara lebih efektif di dalam tubuh.
Dengan meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil dan anak sejak dalam kandungan akan didapatkan generasi penerus yang lebih berkualitas dan produktif sehingga dapat memajukan kualitas generasi muda.