Bisnis.com, JAKARTA- Anda pernah menyaksikan pementasan wayang yang memadukan musik, teater, dan ada kalanya Dalang bermonolog? Lakon wayang juga dibawakan dengan bahasa Indonesia, dengan sesekali parodi dari pemainnya.
Bisa jadi Anda sedang menyaksikan pementasan Wayang Urban, seperti Lakon Sukrasana Sumantri yang dipentaskan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, belum lama ini.
Dalang Wayang Urban Nanang Hape menuturkan Wayang Urban menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal wayang tradisi. Baginya, Wayang Urban bukan tujuan akhir. Wayang Urban hanya sebagai media ungkap untuk menyampaikan muatan tradisi dalam bahasa hari ini.
"Generasi yang seringkali terkendala bahasa dan ritme pertunjukan, akan terbiasa menyaksikan wayang melalui Wayang Urban. Setelah terbiasa, selanjutnya mereka mulai tertarik menyaksikan wayang tradisi," katanya.
Pementasan Wayang Urban sudah dimulai pentas sejak 2006 di Solo dan pada 2009 mulai tampil di Jakarta. Ini menjadi pementasan wayang alternatif bagi warga perkotaan. Wayang Urban menjadi sebuah napas baru dari pementasan wayang.
Nanang mengatakan Wayang Urban lahir dari kegelisahannya atas kondisi terputusnya tradisi dengan generasi muda. Padahal tradisi menyimpan pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan.
"Dalam aplikasinya nanti, generasi muda lebih memiliki kepedulian, kepekaan, menahan ambisi pribadi, dan membangun kembali rasa bersama lewat gotong royong. Dan pesan ini bisa disampaikan dalam lakon wayang. Lakon Sukrasana Sumantri kemarin, berawal dari obrolan akan pergi ke kota. Dari situ kita bisa mengaitkan tentang kondisi urbanisasi dan bagaimana anak muda di desa sudah habis," terangnya.