Bisnis.com, JAKARTA-- Berbeda dari fashion biasa, penggagas Jember Fashion Carnaval (JFC), Dynand Fariz, menjelaskan bawah JFC menyajikan art wear.
"Kalau kita bicara fashion, sebenarnya sejak bayi lahir setiap orangtua sudah mengenal fashion, bayi lahir sudah dipilihkan warna, sepatu, topi yang pas seperti apa," katanya di Jakarta, Selasa (4/8/2015).
"Fashion identik dengan pakaian yang dipakai atau disebut ready to wear, tapi kalau bicara fashion untuk festival, apalagi karnaval, harus dibuat dengan kategori art wear," sambung dia.
Dynand mengatakan, art wear yang dirancang tak boleh sembarangan, karena art wear yang ditampilkan di JFC harus berbeda dari desainer-desainer lain yang ada di Indonesia.
Tidak hanya soal desain baju, Dynand mengungkapkan, hasil karya dalam Jember Fashion Carnaval "dijual" dalam bentuk yang berbeda.
"Kalau desainer brand di Indonesia, pasti rancangannya, pertimbangannya adalah dengan dijual atau sale, kalau saya tidak jualan baju per baju dalam arti ready to wear, tetapi saya menjual art wear," ujar Dynand.
"Tapi tidak dijual perbaju, saya menjual event, event yang kami jual adalah atas nama brand, yaitu brand sebuah kota bernama Jember, brand sebuah provinsi bernama Jawa Timur dan brand sebuah negara bernama Indonesia," tambah dia.