BIsnis.com, JAKARTA -- Diare dan kolik pada anak kadangkala dianggap sebagai penyakit yang biasa terjadi dan seringkali mengakibatkan lambatnya tindakan dan kurang maksimalnya penanganan.
Padahal, kedua gangguan pencernaan tersebut, kata Dr.dr. Afmad Suryawan SpA(K) dari Happy Tummy Council, dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kualitas hidup keluarga.
"Satu tahun pertama kehidupan merupakan waktu di mana saluran cerna terus berkembang untuk mencapai tahap penyempurnaan, sehingga gangguan pencernaan seperti diare dan kolik sangat rentan terjadi," kata Ahmad dalam diskusi Masa Depan Si Kecil Berawal dari Saluran Cerna yang Sehat, di Kawasan Kebun Sirih, Jumat (11/9/2015).
Laporan UNICEF dan WHO pada 2013, terdapat lebih dari 340.000 anak balita di seluruh dunia yang meninggal akibat diare.
Angka tersebut menunjukkan risiko yang besar apabila diare tidak ditangani secara tepat.
Sementara masalah kolik, satu penelitian pada 2005 berjudul A Prospective 10-Year Study on Children Who Had Severe Infantile Colic juga menunjukkan hal yang tidak bisa diabaikan.
Penelitian itu mengungkapkan bahwa 33,3% anak yang sering mengalami kolik di tahun pertama kehidupannya akan lebih sering merasakan nyeri perut berulang ketika usianya menginjak 10 tahun.
Selain itu, 55% anak yang menderita kolik juga akan sering mengalami gangguan tidur ketika memasuki usia yang sama.
Masalah tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarganya.
Penelitian di tahun 2013, katanya, mengungkapkan anak yang menderita kolik dapat mengganggu pola tidur pada ibu dan memicu depresi, serta mengakibatkan rasa lelah, frustrasi, dan gelisah sehingga menurunkan kualitas hidup keluarga.