Bisnis.com, DENPASAR--Sepuluh seniman Bali mengikuti pameran akbar Beijing Ingternational Art Biennale dan tujuh di antaranya diundang dalam ajang Art China 2015 di Ibu Kota Tiongkok.
Beijing International Art Biennale BIAB) dibuka 24 September 2015 di Museum International Beijing China dalam sebuah seremonial yang dihadiri ratusan seniman dari berbagai negara dan disaksikan ribuan pencinta seni yang antre dengan tertib dan rapi. Pameran bakal berlangsung hingga 16 Oktober 2015.
Dalam pengantar kuratorial saat pembukaan pameran, Chief Curator Feng Yuan mengatakan sejak pertama diadakan pada 2003, BIAB telah menjadi ajang kompetisi terbuka yang memiliki nilai global. Hal ini dilihat dari peningkatan peserta yang sangat signifikan.
“Minat perupa mengikuti BIAB sangat besar, tahun 2014 hanya seniman dari 45 negara yang mendaftar, saat ini 103 negara dengan 6.650 seniman dengan 18.386 karya masuk kuratorial dan terpilih 725 karya lukisan, patung, video, dan instalasi yang dipamerkan,” jelas Feng Yuan, seperti disampaikan perupa Wayan Redika yang ikut hadir dalam acara itu, melalui E-mail, Sabtu (26/9/2015).
Lima orang chief curator dibantu belasan tim kurator bekerja keras selama hampir satu tahun menilai dan menentukan karya yang berhak tampil dalam BIAB ke-6 tahun ini. Dari perhelatan internasional ini, perupa Indonesia menjadi peserta terbesar yang berhasil lolos dalam kompetisi kali ini.
Tercatat 15 perupa Indonesia yang berhasil mengantongi tiket BIAB, 10 di antaranya berasal Bali yakni Wayan Redika, I Made Supena, Putu Bambang Juliarta, Imam Nurofiq, Nyoman Loka Suara, Pande Nyoman Wijaya Suta, Nyoman Gunawan, Tatang BSp dan Rio Saren. Menurut Wayan Redika Beijing Biennale digelar secara profesional melalui tahapan yang ketat.
Ia melihat perkembangan senirupa melalui karya-karya yang dihadirkan perupa dari berbagai negara itu sepatutnya menjadi stimulus bagi peserta dalam menciptakan karya yang lebih berkualitas. Interaksi antar seniman dunia yang tak lepas dari kehidupan berkesenian, hampir setiap saat terjadi.
“Ini merupakan bagian dari komunikasi seni untuk menggalang media yang lebih luas,” kata Redika
Ditambahkannnya, BIAB yang dilaksanakan demikian meriah, seharusnya bisa diadopsi oleh pemerintah, setidaknya bisa digelar acara serupa di Bali. “Mungkin tidak dua tahunan seperti di China, kita bisa menggelar triennale atau 3 tahun sekali”, imbuh Redika.
Karena itu ia berharap ada lembaga yang didukung penuh pemerintah daerah untuk merealisasikan kegiatan serupa di daerah yang dikenal seni budaya tinggi seperti di Bali. Serangkaian dengan BIAB 2015, diadakan pula simposium seni rupa dari berbagai delegasi. Hal ini menarik karena acara ini tidak saja berlangsung di ruang formal, namun terkadang diskusi masih berlanjut dalam kelompok tertentu.
Selain itu, seluruh peserta juga diajak berkunjung ke peninggalan warisan budaya dan destinasi pariwisata setempat. Pada kesempatan berada di Beijing, tujuh perupa dari Bali yakni Wayan Redika, I Made Supena, Putu Bambang Juliarta, Imam Nurofiq, Nyoman Loka Suara, dan Pande Nyoman Wijaya Suta mendapat kesempatan memamerkan karya yang lain di Art China yang juga diikuti dari berbagai negara dengan lama penyelnggaraan 3 hari yakni 25-27 September.
Koordinator Penerangan & Sosial Budaya KBRI Beijing Santo Darmosumarto mengatakan art fair ini mempertemukan seniman, art dealer, galeri, dan kolektor dari beragai negara. "Kami akan terus berupaya agar karya dari seniman Indonesia bisa selalu tampil dalam pameran yang digelar setiap tahun ini," katanya.