Bisnis.com, JAKARTA- Menjadi orangtua tunggal atau single parent bisa jadi merupakan mimpi buruk bagi siapa pun. Ketika masalah rumah tangga tak jua menemukan cara penyelesaiannya, dengan terpaksa kata cerai pun menjadi keputusan terakhir.
Baik laki-laki maupun perempuan, yang ketiban merawat anak-anak sendirian, tentu harus pasang strategi khusus agar semua tujuan keluarga—yang tak lagi utuh—tetap tercapai.
Selain perceraian, meninggalnya pasangan juga membuat seseorang harus menerima kenyataan menjadi single parent.
Impian memberikan anak-anak pendidikan setinggi mungkin, tak mungkin dihancurkan begitu saja hanya karena ayah dan ibu tak lagi bersatu. Si single parent pun harus siap mengorbankan segenap kemampuannya demi membangun masa depan yang bahagia.
“Menjadi single parent, bagi setiap orang berbeda cara menyikapinya, ada yang melihat sebagai sebuah beban, ada juga yang melihatnya sebagai sebuah tantangan,” kata Managing Director WealthFlow 19 Technology (Motivation, Financial & Business Advisory) Hari Putra kepada Bisnis.
Hari berbagi strategi dalam hal keuangan untuk menghadapi takdir sebagai single parent. Saat menghadapi kondisi harus berjuang sendirian, segeralah untuk mengecek kondisi diri, keluarga, dan keuangan, selanjutnya melihat tujuan keuangan apa saja yang menjadi prioritas bagi diri dan keluarga. Setelah itu pikirkan bagaimana cara mencapai tujuan keuangan, dan jangan lupakan untuk monitoring dan evaluasi.
Dalam mengatur pengeluaran setiap bulannya, secara umum sebanyak 2,5%-10% dari penghasilan dapat dipakai untuk keperluan sosial dan sedekah, cicilan hutang seperti KPR dan kartu kredit maksimal menghabiskan dana 30% dari penghasilan tiap bulan, biaya hidup setidaknya 40%-60% dari penghasilan, tabungan dan investasi minimal 10%, dan untuk keperluan hiburan maksimal 10%.
Seperti orang lain pada umumnya, seorang single parent memerlukan proteksi diri dan keluarga, yang berupa asuransi serta dana darurat, atau berbagai sumber pendapatan untuk menopang kehidupan. “Intinya dana jaga-jaga ketika terjadi sesuatu,” katanya.
Untuk membayar premi asuransi dan mengumpulkan dana darurat, ambil dari pos pengeluaran cicilan hutang, tabungan dan investasi, dan mengurangi anggaran hiburan.
Dalam kehidupan sehari-hari, single parent harus pandai memilah-milah kembali mana yang merupakan keinginan, kebutuhan, dan kewajiban. Jika sudah dapat membedakan masing-masing, maka dengan sendirinya juga akan dapat melakukan pengurangan anggaran.
Contohnya saja ada keinginan ideal mengonsumsi madu dari luar negeri, sementara kebutuhan standarnya adalah cukup mengonsumsi madu Indonesia botolan. Dalam hal madu, kewajiban minimal yang dapat ditunaikan yaitu mengkonsumsi madu lokal sachet. Tentu dapat terlihat masing-masing memiliki perbedaan harga yang lumayan.
Seorang penulis finansial, David Bach, pernah mengungkapkan, ada the latte factor atau angka kecil yang habis tanpa sadar di sana-sini antara lain makan di luar, ngopi-ngopi cantik alias ngafe, membeli buku dan majalah, membayar tagihan layanan yang kurang berguna seperti TV kabel, biaya administrasi bank dan kartu kredit, mengeluarkan biaya saat membuka itunes atau Play Store, dan belanja online.
Hari menyarankan untuk mencatat dan melakukan evaluasi pengeluaran, misalnya selama tiga bulan. Berapapun pengeluarannya walaupun hanya membeli permen, tulislah. “Dari sana Anda akan tahu, kemana saja bocor halus keuangan keluarga Anda,” katanya.
Hal lain yang harus diperhatikan single parent, jangan hanya bergantung pada satu sumber pendapatan. Jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, single parent tetap bisa bernafas berkat sumber pendapatan lainnya.
Untuk memperolehnya, perlu kreativitas untuk mengasah potensi dalam diri yang terpendam. Bisnis online adalah salah satu pilihan yang cocok dijalankan bagi laki-laki maupun perempuan.
Pria yang pernah menjadi profesional di bank ini mencontohkan alternatif bisnis untuk perempuan yang tetap dapat dilakukan sambil mengasuh anak, yaitu bidang kosmetika dan perawatan kulit, pembersih peralatan rumah tangga, produk-produk nutrisi berbasis herbal, peralatan dapur, mainan, buku-buku yang mendidik, busana, atau kuliner.
Tekuni bisnis yang sudah dipilih, dan jangan lupa untuk melakukan riset pasar serta inovasi produk.