Menurut Komite Ahli Pengobatan Filariasis Agus Purwadianto, pembengkakan dalam kondisi tertentu masih dapat diatasi dengan cara operasi. /Bisnis.com
Health

Langkah Sederhana Mencegah Penularan Kaki Gajah

Tisyrin Naufalty Tsani
Senin, 12 Oktober 2015 - 00:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Filariasis atau biasa dikenal dengan nama penyakit kaki gajah merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang dibawa dan disebarkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Cacing filaria di dalam tubuh manusia memiliki ukuran yang sangat kecil seperti benang. Penularan penyakit ini melalui gigitan nyamuk, yaitu saat nyamuk menghisap darah penderita kaki gajah yang mengandung anak cacing.

Ada sekitar 20 lebih jenis nyamuk yang turut menyebarkan penyakit ini seperti nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia, dan Armigeres sehingga siklus penyebaran dan penularannya sangat cepat.

Pemerintah Indonesia masih berjuang mewujudkan Indonesia Bebas Kaki Gajah 2020. Salah satu upayanya, pemerintah mengadakan bulan eliminasi kaki gajah setiap Oktober, yaitu suatu program minum obat pencegahan penyakit kaki gajah secara serentak bagi setiap penduduk yang berada di kabupaten/kota endemis penyakit kaki gajah.

Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 241 kabupaten/kota di Indonesia yang merupakan endemis filariasis atau kaki gajah. Sebanyak 46 kabupaten/kota telah melaksanakan program pemberian obat pencegahan kaki gajah selama lima tahun. Sisanya, sebanyak 195 kabupaten/kota akan melaksanakan program tersebut hingga 2020.

Sampai Juli 2014, Kementerian Kesehatan menemukan 14.932 penderita penyakit kaki gajah kronis di seluruh Indonesia. Selain itu, lebih dari 100 juta penduduk Indonesia berisiko tertular penyakit kaki gajah.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan H. M. Subuh mengatakan ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah tertularnya penyakit kaki gajah.

Pertama, minum obat pecegah kaki gajah. Dengan mengonsumsi obat pencegahan kaki gajah selama lima tahun berturut-turut, katanya, dapat memutus rantai penularan kaki gajah.

Namun, konsumsi obat tersebut biasanya menimbulkan efek mulai dari mual, muntah, sakit kepala, mengantuk, dan demam. Reaksi tersebut timbul empat jam setelah obat diminum. Penyebabnya adalah karena pengaruh dari banyaknya anak cacing yang mati. “Efek ini tidak fatal,” katanya.

Dia meyakinkan bahwa obat pencegahan kaki gajah aman untuk dikonsumsi. Untuk pencegahan, obat diminum sekali setahun selama minimal lima tahun. Jika sudah terlanjur terkena kaki gajah, obat yang sama juga dapat dikonsumsi dengan dosis yang berbeda.

Namun, jika tidak tertangani dengan baik, penyakit kaki gajah dapat menimbulkan cacat tetap berupa adanya pembengkakan pada bagian kaki, atau bagian lainnya seperti lengan, payudara, dan alat kelamin. Cacat tetap semacam itu akan membuat mereka yang mengalaminya mendapatkan pandangan negatif di tengah masyarakat. Pandangan negatif yang timbul misalnya kaki gajah adalah penyakit kutukan atau guna-guna.

Upaya pencegahan kedua, bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk, dengan membasmi sarang nyamuk, memanfaatkan obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, dan menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk.

Nyamuk juga banyak berkembang biak di tempat-tempat seperti sawah, saluran air, rawa-rawa, dan tanaman air. Masyarakat harus berhati-hati terhadap nyamuk karena nyamuk jenis apapun berpotensi menjadi penular penyakit kaki gajah.

GEJALA

Sebelum berkembang parah, penyakit kaki gajah awalnya menimbulkan gejala demam berulang-ulang, serta bengkak pada lipatan paha atau ketiak. Namun, ada pula penyakit kaki gajah yang tak menunjukkan gejala pada awal.

Penyakit kaki gajah memang tidak mematikan, tetapi terkenal dengan penyakit menahun yang sangat merugikan bagi penderitanya. Ketika seseorang terserang penyakit ini maka bekas yang ditimbulkan tidak dapat hilang, sehingga mengganggu penampilan.

Menurut Komite Ahli Pengobatan Filariasis Agus Purwadianto, pembengkakan dalam kondisi tertentu masih dapat diatasi dengan cara operasi. “Kalau ada reaksi radang, seperti keloid, sudah tidak bisa [diobati],” katanya.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro