Bisnis.com, JAKARTA - Selama ini, masih banyak masyarakat yang beranggapan sosok ibu merupakan tokoh kunci dalam pembentukan karakter anak pada masa tumbuh kembang. Ibu kerap didapuk sebagai tokoh yang seharusnya bertanggung jawab penuh dalam hal pengasuhan si kecil.
Sementara itu, ayah kerap digambarkan sebagai tulang punggung keluarga yang berperan lebih pada sektor ekonomi rumah tangga, pembentukan kedisiplinan, dan kepala keluarga. Hal ini pula yang membuat peran ayah sebagai pengasuh anak mulai dikesampingkan.
Bagaimanapun, sebuah penelitian dari University of Guelph Canada memaparkan bahwa sosok ayah dalam ‘dad’s parenting’ ternyata memiliki peran yang sama pentingnya dalam perkembangan emosional, fisik, kognitif, dan sosial seorang anak.
Riset bertajuk The Effects of Father Involvement: Research Summary of the Evidence yang dibuat pada 2007 itu sekaligus memaparkan sosok ayah memilik banyak dampak positif terhadap anak, bila perannya dalam pengasuhan lebih dimaksimalkan.
Mengacu pada penelitian tersebut, psikolog Universitas Indonesia Rini Hildayani berpendapat anak yang diasuh oleh ayahnya sejak usia dini biasanya memiliki kemampuan kognitif lebih tinggi saat menginjak usia enam bulan hingga satu tahun.
“Saat dia memasuki usia tiga tahun, biasanya dia akan memiliki IQ yang lebih tinggi, dan berkembang menjadi individu yang mampu mencari solusi permasalahan dengan lebih baik,” jelasnya dalam sebuah kesempatan di Jakarta Selatan belum lama ini.
Rini mengungkapkan peran ayah dalam mengasuh anak akan menumbuhkan ikatan emosional yang kuat dengan buah hati. Tidak hanya itu, relasi dengan istri juga akan menjadi lebih hangat dan terbuka, sehingga berdampak positif terhadap tumbuh kembang anak.
Namun, dalam memaksimalkan peran ayah terhadap pengasuhan anak, lanjutnya, perlu diperhatikan unsur komunikasi, saling dukung, dan komitmen antarpasangan. “Ayah dan ibu harus punya kesepakatan bersama tentang pola pengasuhan yang seimbang,” jelasnya.
Selain itu, ayah dan ibu harus mampu memberikan perasaan aman dan nyaman kepada anak dengan bersikap saling mendukung satu sama lain. Situasi tersebut harus dilakukan secara konsisten, meskipun sang ayah sibuk bekerja.
SALING PERCAYA
Bagaimanapun, Rini menilai masih banyak ibu yang belum mampu memberikan kepercayaan penuh kepada suaminya untuk turut mengasuh anak. Padahal, hal tersebut justru akan menciutkan minat sang ayah untuk terlibat aktif dalam proses tumbuh kembang anak.
Secara terpisah, psikolog klinis Kasandra Putranto membenarkan anak yang tidak diasuh secara seimbang oleh ayah dan ibunya cenderung memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh menjadi anak yang lebih nakal.
“Selama ini, kita memang diajarkan bahwa ibu berperan sebagai provider, sedangkan ayah lebih ke mencari uang. Sejak di sekolah kita diajarkan bahwa ‘ayah pergi ke kantor, ibu pergi ke pasar’. Fungsi itu ternyata tidak baku, bisa saja berbalik. Ketika ibu yang bekerja, ayah bisa menjadi provider,” sebutnya.
Menurutnya, pendapat bahwa sosok ayah lebih kaku merupakan hasil bias dari pendidikan peran gender yang salah. Komunitas psikolog anak pun telah banyak mendorong agar peran ayah lebih dimaksimalkan dalam pertumbuhan anak.
“Ketika sosok ayah hadir dalam perkembangan anak, ternyata anak tersebut bisa tumbuh lebih lengkap dan maksimal dibandingkan jika fungsi pengasuhan ayah itu tidak ada dan hanya ditumpukan sepenuhnya pada ibu,” tegasnya.