Ilustrasi/Quartsoft
Bisnis Style

BARANG BEKAS: Ini Beda Preloved Shopping dan Garage Sale

Wike Dita Herlinda
Kamis, 29 Oktober 2015 - 23:13
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Preloved shop untuk barang-barang fesyen bermerek menjadi alternatif bagi sebagian kalangan menengah-atas untuk memonetisasi barang-barang berharga mereka yang sudah tidak dipakai lagi.

Sebab, penggemar barang-barang preloved bermerek cukup tinggi. Sebagian kelas masyarakat tidak mempedulikan kondisi barang, dan memilih untuk membeli gengsi dari brand sebuah produk.

Melihat karakteristik pasar Indonesia tersebut, Alyssa Rusli mencoba peruntungan dengan menjual barang-barang bermereknya di online shop bernama A Collective Market yang didirikannya di akun media sosial dua tahun lalu.

Lama-kelamaan, bisnisnya semakin berkembang dan saat ini dia juga sudah mulai menjual barang-barang bermerek dalam kondisi mint atau baru. Tidak jarang, ada orang yang meminta bantuannya untuk turut memasarkan barang-barang bermereknya. Berikut kisahnya:

Mulai kapan berbisnis preloved shop? Bagaimana awal merintisnya?

Saya mulai pada Agustus 2013. Pada waktu itu kebetulan saya baru pulang kuliah dari Australia. Nah, barang yang saya bawa dari sana ternyata kebanyakan dan jenisnya bermacam-macam, yang sudah tidak memungkinkan untuk dipakai lagi di Indonesia.

Saya suka beli barang-barang bergaya vintage selama di Australia. Pada saat saya pindah ke Jakarta, saya mulai mencoba jual ke rekan-rekan kerja saya. Ternyata responsnya positif, banyak yang mau beli.

Dari situ lalu, saya mulai membuka online shop. Karena sudah mulai banyak pelanggan tetapnya, lama-kelamaan banyak juga teman-teman yang ikut menitipkan barang-barang preloved-nya.

Pada waktu itu bisnis preloved shop melalui media daring masih belum menjamur seperti sekarang. Masih cukup sedikit pemainnya. Saya sudah merintis sejak saat itu dan masih bertahan hingga sekarang.

Lalu, tren menjual barang-barang preloved bermerek melalui media online ini booming-nya sejak kapan?

Sebenarnya fenomena ini sudah ada sejak cukup lama. Mulai dari 2010-an sudah ada yang mulai berjualan barang-barang preloved. Namun, booming-nya baru sekitar 2-3 tahun belakangan, seiring dengan makin berkembangnya tren online shopping.

Orang-orang lebih memilih menjual barang-barang bekasnya melalui media online, karena jalanan di Jakarta makin macet. Apalagi, sekarang ini akses terhadap media sosial dan smartphone sudah semakin mudah dan cepat.

Secara terminologi, sebenarnya apa itu preloved shopping? Apa bedanya dengan garage sale?

Preloved sebenarnya hanya istilah saja, sama seperti preowned. Hanya saja istilah ini lebih halus ketimbang menggunakan kosakata barang second, apalagi barang bekas. Barang second atau bekas mengandung kesan barang yang dijual tidak berkelas. Beda dengan preloved.

Sementara itu, garage sale memiliki konsep yang berbeda dengan proleved atau preowned shop. Garage sale menjual barang yang sudah pasti murah tidak bisa dijual dengan harga yang tetap tinggi.

Ide garage sale sendiri muncul untuk ‘mengosongkan’ garasi, sehingga barang-barangnya dijual dengan sistem banting harga. Berbeda denganpreloved shop, yang barang-barangnya pilihan dan masih bisa dijual dengan harga pasaran.

Barang apa saja yang dijual di preloved shop Anda?

Saya mengedepankan barang-barang dengan brand kelas atas, yang tidak ada atau langka di Indonesia. Banyak juga barang-barang yang didapatkan dari luar negeri dengan model yang antik atau unik.

Beberapa contoh barang preoved yang dijual di A Collective Market, a.l. tas Fendi by the Way Medium Fur yang dijual seharga Rp13,55 juta, Prada Brown Leather Rp11,55 juta, Lacoste Pouch Rp1,35 juta, Balenciaga Day Bag Rp4,55 juta, serta Furla Perla Rp3,85 juta.

Sepatu misalnya; Balenciaga Arena Men Rp5 juta, Missoni X Converse Auckland Racer Rp5 juta, Nike Sky Hi-Dunk Rp1,5 juta, Valentino Rockstud Rp6,5 juta, Salvatore Ferragamo Jelly Shoes dan Tory Burch masing-masing Rp1,55 juta, serta Bourne Rp2,5 juta.

Baju seperti Phillip Lim Outwear Rp1 juta, Chanel Bomber Jacket Rp2,85 juta, Thom Browne Multi Gingham Shirt Rp3 juta, dan Comme Des Garcons Rp1,25 juta. Masih banyak lagi barang preloved bermacam merek-merek kelas atas yang dijual dengan harga layak.

Yang paling banyak dicari merek apa?

Yang paling banyak dicari adalah tas dan sepatu dengan merek seperti Givenchy, Celine, dan Nike yang limited edition atau yang tidak ada di Indonesia.

Kriteria barang yang layak dijual untuk preloved shopping seperti apa?

Sebenarnya sih tidak ada limit untuk kriteria barang. Bisa saja yang dijual barang preloved dengan kondisi yang sudah buruk, tapi dijual murah dan masih ada orang yang mau beli karena melihat gengsi dari mereknya, modelnya, atau serinya yang limited edition.

Namun, kebanyakan yang dijual untuk barang-barang bermerek bekas adalah yang kondisinya di atas 60% atau 70%

Bagaimana penentuan harga jualnya?

Terkadang yang seperti itu tidak ada patokan khusus. Misalnya, untuk barang yang limited edition dan rusaknya hanya sedikit, harganya bisa tinggi.

Dalam menjual barang preloved apalagi melalui media online, bagaimana kiat membangun kepercayaan dengan calon pembeli?

Yang pasti, saya menetapkan term and condition sebelum menjual. Selebihnya, Anda harus berjualan dengan cara benar.

Tidak ada trik khusus untuk menarik pembeli. Kalau saya sih, kuncinya pilihlah barang-barang yang bagus untuk dijual, yang di pasaran atau di toko-toko online lainnya masih sangat jarang. Jadi, orang tahu barang yang kita jual itu eksklusif, berkelas, dan berkualitas.

Nah, bagaimana trik hunting barang yang bagus untuk bisnis ini?

Biasanya saya berburu ke luar negeri dan cari barang yang tidak ada di Indonesia. Lalu, bisa juga saya datangi orang-orang yang punya barang-barang bagus yang sudah tidak terpakai lagi, dan kita membuat kesepakatan.

Apa manfaat dari menjual barang preloved bagi Anda?

Yang jelas, saya mendapatkan profit secara material. Apalagi ketika ada teman yang nitip jual ke saya.

Selain itu, saya jadi dapat banyak teman baru sesama penjual barang-barang preloved. Ini berguna untuk memperkuat jaringan dan menemukan barang-barang bagus yang bernilai tingg.

Yang pasti, saya juga dapat memberikan fasilitas kepada pasar untuk menemukan barang secara mudah dan murah. Kalau mau, saya juga bisa membantu pelanggan yang ingin mencari barang jenis tertentu.

Tantangannya?

Kalau tantangannya, sekarang ini online shop semakin menjamur. Tiap hari selalu muncul pemain baru. Masalahnya, banyak dari mereka yang tidak terpercaya, dan buka akun hanya untuk menipu calon pembeli.

Pada akhirnya, itu berdampak kepada pelaku preloved shop. Calon pembeli menjadi lebih was-was. Misalnya, dulu mereka bisa menerima barang tanpa struk (ketika membeli barang) atau tanpa sertifikat atau tanpa kemasan. Sekarang sudah tidak mau lagi, mintanya harus ada struk.

Padahal, mayoritas barang preloved sudah tidak ada lagi struknya.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Kami hanya menjalankan bisnis berdasarkan kepercayaan. Kalau memang struknya sudah tidak ada, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang bisnis ini based on trust. Kalau pembeli minat, silakan transfer, kalau sudah ya kami kirim barang.

Bagaimana cara mendulang laba dari bisnis ini? Bagaimana pula prospek ke depannya?

Kalau saya jual barang sendiri, pasti tidak ada profit secara materi. Tapi saat ada orang yang menitipkan barang kepada saya, saya bisa dapat laba karena saya bisa menaikkan harganya sedikit.

Namun, berbisnis preloved shop memberi saya banyak peluang untuk berburu barang bagus, mencari ke banyak tempat, serta membangun jejaring dengan sesama pemilik preloved shop.

Saya rasa, ke depannya, preloved shop akan berkembang cukup pesat karena pengguna media sosial di Indonesia sangat masif, sehingga informasi tentang tren atau gaya hidup terbaru pasti akan cepat tersebar.

Apalagi, seperti saya bilang, orang Indonesia banyak yang membeli barang bermerek karena gengsi. Dengan adanya preloved shop ini, mereka punya kesempatan mendapatkan barang idaman dengan harga miring.

Tips memulai bisnis preloved shop?

Yang jelas harus jujur, dagangnya harus benar. Lalu, harus giat hunting barang, apalagi jika dibekali dengan skill mencari peluang pasar dan tahu mana-mana saja barang yang tidak pasaran di sini. Juallah sesuatu yang berbeda dari online shop lain.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro