Bisnis.co, JAKARTA--Bagi sebagian orang, belanja produk fesyen terkadang bukan sekadar soal membeli barang yang dibutuhkan. Tidak jarang seseorang rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli barang bermerek, yang membuat penampilan lebih bergengsi atau berkelas.
Citra dan gengsi dari memiliki barang-barang branded sudah menjadi bagian dari fenomena gaya hidup urban. Sayangnya, tidak semua orang beruntung bisa memiliki barang-barang bermerek asli dengan harga selangit.
Masyarakat kelas menengah biasanya tidak terlalu merisaukan merek barang yang mereka beli. Atau sebaliknya, sebagian justru memilih membeli barang ‘bermerek’ palsu atau yang sering disebut sebagai ‘barang KW’.
Namun, beberapa tahun belakangan muncul tren baru di dunia e-commerce, yang rasa-rasanya dapat menjadi solusi bagi mereka yang ingin memiliki barang bermerek asli dengan harga miring.
Tren tersebuut adalah preloved shopping, atau berbelanja barang premium ‘yang tidak baru lagi’ dengan harga miring. Produk yang dijual tidak selalu berupa barang kesayangan bekas pakai, tetapi bisa saja barang milik orang lain yang tidak pernah dipakai sebelumnya.
Preloved shopping juga berbeda dengan sekadar secondhand shopping atau garage sale yang menjajakan barang bekas apa saja tanpa kriteria tertentu. Sebagian pemain bisnis ini bahkan tidak mematok harga jual, dan memilih bertransaksi dengan metode barter.
Fenomena ini merebak di berbagai situs online shop. Biasanya produk preloved yang dijual adalah barang-barang fesyen, kosmetika, dan aksesori bermerek atau yang tidak dijual di toko ritel yang ada di Indonesia.
Salah satu pelaku usaha preloved shop adalah Vinanda Cinta, yang mendirikan sebuah toko virtual bernama Box of Love sejak dua tahun lalu. Barang-barang yang dijajakannya bervariasi, mulai dari sepatu, tas, gaun, aksesoris, hingga pakaian bayi.
Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp50.000 hingga jutaan rupiah. Baginya, menjual barang-barang preloved memang tidak ditujukan untuk meraup untung. Namun, ada banyak manfaat yang dia dapatkan, sebagai seseorang yang memiliki hobi berat berbelanja.
Berikut penjelasannya:
Sebelumnya, bisa dijelaskan apa itu preloved shopping? Apa bedanya dengan garage sale?
Menurut saya, menjalankan usaha preloved shopping ini kebanyakan berawal dari keisengan, khususnya dari orang-orang yang memang punya banyak barang bagus yang mungkin sudah tidak dipakai atau tidak pernah dipakai sama sekali.
Berbeda dengan garage sale, yang biasanya dilakukan secara beramai-ramai oleh sekelompok orang. Mereka mengumpulkan barang-barang bekas bersama-sama untuk dijual dengan harga murah.
Bagaimana awal mula Anda terjun ke dunia preloved shopping?
Pertamanya, saya iseng-iseng saja. Kebetulan, saya ibu rumah tangga dan tidak ada kerjaan. Waktu saya bersih-bersih rumah, ternyata baru sadar bahwa banyak sekali barang-barang yang sudah tidak dipakai. Banyak juga malah yang belum pernah dipakai.
Kalau mau dihadiahkan atau dijadikan kado tidak pantas juga karena bekas, mau dibuang juga sayang, tapi mau dipakai juga sudah tidak suka. Terkadang ada juga barang-barang yang saya belanja di toko, tapi ternyata sampai rumah saya tidak begitu cocok.
Kebetulan saya ibu rumah tangga dengan anak. Saya juga lihat barang-barang anak saya sewaktu bayi juga sangat banyak dan masih bagus. Anak saya sudah mulai besar, dan barang-barangnya banyak yang sudah tidak terpakai lagi. Sayang kan.
Saya ini hobi sekali berbelanja, bisa sampai banyak sekali. Apalagi ketika sedang di luar negeri. Nah, karena terlalu banyak barang itu dan tidak tahu harus diapakan, iseng-iseng saya buat Instagram, lalu saya tawarkan barang-barang saya.
Responsnya ternyata sangat positif. Banyak orang yang berminat. Saya buat akun untuk menjual barang-barang preloved pada awal 2013. Berarti sudah dua tahun lebih saya menjalankan preloved shop ini.
Apa alasan berbisnis preloved shop?
Hitung-hitung untuk menambah uang jajan. Untuk menambah duit membeli barang bermerek yang baru lagi.
Jadi, bisnis preloved shop yang Anda jalankan ini suplainya berputar dari hasil penjualan sebelumnya?
Bisa dibilang begitu. Karena saya suka belanja dan saya cepat bosan. Daripada barang ditumpuk, lebih baik dijual dengan harga miring. Uang hasil penjualan untuk beli barang baru lagi. Tidak lama, sudah bosan, dijual lagi, dan seterusnya.
Kalau begitu apa manfaat dari preloved shopping untuk Anda?
Awalnya sih sebenarnya saya tidak mau mengejar untung. Karena jelas saya rugi, menjual dengan harga lebih murah daripada saat saya membeli. Misalnya, belinya Rp700.000, dijual hanya Rp200.000-Rp350.000 saja.
Namun, seperti yang saya ungkapkan, bagi saya ini membantu menambah uang untuk belanja selanjutnya. Lagipula, banyak orang yang meminati barang-barang preloved karena mau beli yang baru harganya sangat mahal.
Bagaimana kriteria barang yang Anda jual untuk preloved shop Anda?
Saya paling banyak menjual peralatan makeup bermerek, tas, sepatu, dan baju anak. Seringkali saya belanja berlebihan, lantas menyesal. Jadi daripada tidak terpakai, saya jual lagi saja.
Lalu, untuk kriterianya sendiri sih barang-barang yang masih pantas dijual dengan level minimal 80% dari segi kelayakan. Setiap kali saya postingbarang yang hendak dijual, saya selalu sertakan kondisi barang seperti apa.
Nah, bagaimana Anda membangun kepercayaan pembeli atas barang preloved yang Anda jual?
Jadi aturan pertama dan utama dalam menjalankan preloved shop dengan media online adalah Anda harus jujur kepada konsumen. Katakan yang sebenar-benarnya kondisi barang yang Anda jual.
Misalnya, jualan tas atau sepatu, Anda harus deskripsikan apabila ada goresan atau cacat lainnya. Atau kalau jual makeup, sertakan alasan mengapa Anda menjualnya. Misalnya, lipstik baru sekali oles, tapi tidak cocok warna. Sertakan juga foto riilnya.
Yang paling penting dalam bisnis ini adalah berlaku jujur kepada pembeli. Apalagi jika menggunakan media online. Itulah mengapa orang bisa percaya penjual, padahal tidak pernah bertemu langsung.
Pembeli bisa melihat dari cara kita menjual dan menawarkan barang, lalu melihat testimoni dari pembeli-pembeli sebelumnya, dari nama kita, bahkan dari nomor rekening kita. Mereka bisa menilai dari situ.
Apa koleksi pribadi yang paling berkesan yang pernah dijual?
Saya pernah jual handphone saya. Waktu itu iPhone 4S terjual seharga Rp4,5 juta. Lalu ada juga tas Kate Spade yang dijual seharga Rp1,75 juta.
Permintaannya sendiri?
Kalau yang paling tinggi permintaannya dan paling cepat laku adalah produk makeup. Laris sekali, bisa dalam waktu sehari terjual.
Bagi konsumen, membeli preloved makeup sangat menguntungkan karena diskonnya banyak. Sementara itu, kosmetika branded yang dijual baru di toko harganya sangat mahal. Ada juga kosmetik yang tidak dijual di Indonesia.
Namun, kita harus pastikan bahwa preloved makeup yang dijual kualitasnya masih bagus dan tidak menimbulkan iritasi. Misalnya, kosmetik yang baru sekali atau dua kali oles dan secara kuantitas masih di atas 90%.
Kalau untuk produk fesyen sih yang paling banyak dicari produk tas. Namun, biasanya baru laku terjual dalam waktu enam hari [sejak ditawarkan di toko online]. Tidak secepat produk makeup.
Sekarang ini orang-orang suka sekali menggunakan tanda pagar atau hashtag. Jadi itu memudahkan konsumen mencari barang yang mereka incar, dan memudahkan penjual menjaring calon-calon pembeli yang potensial.
Bagaimana menentukan harga untuk barang preloved yang dijual?
Kalau saya melihat dari kondisinya. Bagaimana kondisi barang itu. Kalau [kondisi barang] masih di atas 90% dan di pasar sudah langka, biasanya potongan harga yang diberikan tidak terlalu banyak. Berarti harga jualnya masih bisa tinggi.
Namun, kalau barangnya tidak terlalu susah dicari di pasaran, biasanya saya melihat standar harga yang dipatok toko-toko lain. Saya memantau tokoonline lain untuk melihat berapa rata-rata harga jual yang mereka pasang.
Dari sana, baru ditentukan harga. Kalau ingin jual cepat, ya jual dengan harga di bawah rerata harga pasar. Tapi, kalau jualnya santai-santai saja, potongan harganya tidak terlalu banyak juga tidak masalah.
Sebenarnya, tidak ada rumus baku dalam menentukan berapa harga jual dari barang preloved. Lihat kondisi barang dan harga pasar, itu saja.
Tadi disebutkan, bisnis ini tidak untuk mencari laba. Lalu apa manfaat menjalankannya? Dan bagaimana prospeknya ke depan?
Kalau menurut saya, benefit dari menjalankan bisnis preloved shop salah satunya kita bisa mendapatkan dana tambahan. Lalu, kita juga jadi tahu harga yang layak untuk sebuah barang. Selain itu, prospek bisnisnya juga cukup bagus.
Sebab, sekali kita berhasil menjaring pelanggan tetap yang sudah percaya dengan toko kita, itu akan sangat menguntungkan. Selain itu, peminat barang-barang preloved saat ini semakin banyak. Jadi saya rasa, sampai beberapa tahun ke depan bisnis ini bisa berjalan langgeng.
Tantangannya?
Pertama, preloved shop yang bukan berasal dari luar Jabodetabek biasanya butuh upaya lebih untuk bisa bersaing. Seperti saya ini. Saya berbasis di Makassar, dan biasanya calon pembeli lebih mengutamakan toko yang di Jabodetabek.
Penggemar barang preloved lebih banyak dari daerah sana, sehingga jika ingin membeli barang preloved dari luar daerah biasanya mereka keberatan di ongkos kirim. Oleh karena itu, saya sering memberikan diskon ongkos kirim untuk memperluas pangsa pasar.
Tantangan lainnya adalah, saat ini persaingan bisnis online shop sangat amat ketat. Pemainnya terus bermunculan setiap hari. Preloved shop pun harus bersaing dengan online shop yang menjual barang-barang baru.
Masalahnya, sekarang ini banyak online shop yang menjual barang baru dengan sistem banting harga. Ini terus terang sangat merusak [harga] pasar dan mengganggu kompetisi sehat. Padahal, barang yang dijual juga tidak terjamin kualitasnya.
Selama ini, apakah pernah punya pengalaman menarik dari pelanggan? Apa pernah ada komplain?
Sampai saat ini saya belum pernah menerima komplain soal kualitas barang. Akan tetapi, masalah yang muncul saat ini adalah mulai banyak karakter calon pembeli yang merugikan. Kami para penjual online biasa menyebut mereka sebagai ‘hit and run’.
Mereka suka tanya detail, minta foto, dan minta barang di-booking. Setelah kami layani semua permintaan, tiba-tiba mereka menghilang begitu saja. Itu jelas merugikan, karena kami kehilangan kesempatan untuk menjaring pembeli potensial yang benar-benar serius.
Itulah sebabnya mengapa banyak preloved shop di Instagram yang memilih untuk mengunci akunnya [private account] dan mengancam blacklist bagi para pelaku hit and run.
Trik untuk mengatasinya?
Kalau saya menolak sistem booking barang. Transfer dulu, baru barang diproses.
Apakah Anda pernah menjadi perantara untuk menjual barang preloved?
Tidak. Saya hanya menjual barang pribadi. Banyak sebenarnya yang menawarkan titip jual dengan fee tertentu. Misalnya 10% dari harga jual.
Namun, saya menolak. Saya sendiri sudah punya banyak barang. Lagipula, saya khawatir dengan risiko menjadi perantara. Jika barangnya ternyata tidak bagus atau tidak sesuai harapan, maka nama baik toko saya yang dipertaruhkan.
Saya sarankan kalau ingin menjual barang-barang preloved, lebih baik membuka akun sendiri. Lagipula, membuka akun di media sosial tidak sulit.
Apakah menerima sistem barter?
Banyak juga yang menawarkan barter. Pasti setiap kali saya mengunggah barang baru, ada yang mengajak bertukar barang.
Namun, saya biasanya menolak karena dua alasan. Pertama, kalau lokasinya jauh akan berat di ongkos kirim. Kedua, saya takut akan risiko barangnya kalau-kalau tidak sesuai dengan harapan.
Setahu saya, saat ini banyak kasus preloved shop yang melakukan sistem open barter, tapi barangnya tidak pernah dikirimkan kepada mitra barternya. Banyak sekali sistem barter di preloved shop online yang tidak bisa dipercaya.
Apa tips untuk orang yang akan memulai bisnis ini?
Jadi, kalau mau sukses dengan preloved shop, Anda harus konsisten. Anda harus maintenance akun yang Anda buat.
Para pengikut Anda di media sosial pasti akan menunggu update yang Anda unggah. Usahakan update itu selalu ada dan rutin. Konsistenlah dengan aktivitas jual-beli. Sekali Anda ‘tidak ada kabar’, pasti akan banyak follower yang meninggalkan Anda.
Selain itu, Anda harus jelas dengan barang yang Anda jual, mulai dari kondisi hingga harganya. Pergunakanlah foto kondisi riil barang, bukan foto barang yang diambil dari situs lain saat dalam kondisi masih baru. Membangun kepercayaan adalah kunci utamanya.