Bisnis.com, JAKARTA--Ternyata, ada banyak alasan mengapa seseorang memulai bisnis preloved shop. Sebagian untuk mengurangi koleksi yang sudah dipakai lagi, sebagian karena iseng, dan ada juga yang karena ‘salah beli’.
Pemilik online shop Area Barter Mita Rahmawati adalah salah satunya. Perempuan yang bekerja sebagai pegawai di Semarang itu mengaku lebih suka melakukan barter untuk mengurangi barang-barangnya yang sudah tak terpakai, ketimbang menjualnya.
Lagipula, perempuan yang memiliki hobi belanja online itu mengaku sering tidak cocok dengan barang yang baru dibelinya. Daripada tidak dipakai, kata Mita, lebih baik ditukarkan dengan barang yang lebih berguna.
Kegiatan barter barang preloved tersebut rupanya banyak digemari oleh generasi muda dari kalangan menengah. Dengan bertukar barang, mereka pun bisa mendapat banyak kenalan baru dan lebih tahu ‘barang bagus’ yang masih layak pakai.
Bagaimanapun, untuk melakukan barter barang-barang preloved dibutuhkan kehati-hatian dan sikap ‘ikhlas’ atau no hard feelings. Meski sebenarnya menguntungkan, kegiatan barter mengandung banyak risiko. Berikut penuturannya:
Mulai barter barang preloved sejak kapan? Bagaimana awal mulanya?
Belum lama sih. Baru sekitar enam bulan terakhir. Awalnya, kebetulan saya hobi sekali online shopping. Jadi saya banyak browsing di internet untuk mencari barang-barang fesyen yang unik.
Dari sana, lantas saya mengetahui bahwa saat ini sedang booming toko barang preloved. Dan salah satu yang sedang populer adalah melalui metode barter, tanpa mengeluarkan uang. Menurut saya, itu menarik karena saya punya banyak barang yang bisa dibarter.
Seringkali saya belanja online, tapi ternyata [setelah tiba] barangnya tidak cocok dengan selera saya. Jadi, dari sana, saya terinspirasi ‘mengapa tidak dibarter saja’. Hitung-hitung saya bisa mendapatkan barang yang bermanfaat bagi saya, tanpa keluar uang lagi.
Barang apa saja yang Anda tawarkan untuk barter?
Saya jual barang-barang fesyen, seperti baju, tas, sepatu. Beberapa kali saya menawarkan tas-tas fesyen yang bermerek, karena memang yang paling laku keras untuk dibarter itu biasanya tas.
Semua barang preloved yang saya tawarkan untuk dijual atau dibarter masih dalam kondisi sangat baik. Saya belum pernah memakainya, karena seperti saya bilang, semuanya hasil dari belanja online yang ternyata tidak cocok dengan selera saya.
Permintaan untuk barter barang preloved sendiri bagaimana?
Permintaannya sangat tinggi. Dalam waktu enam bulan sejak saya mulai buka barter barang preloved, saya sudah berkali-kali menerima barter dari banyak daerah. Dari Medan, Palembang, dan Lampung, lalu dari hampir seluruh kota besar di Jawa sudah pernah juga.
Ini menunjukkan bahwa memang barter barang preloved ini sedang diminati anak muda, khususnya yang masih kuliah atau yang baru bekerja.
Kalau saya sendiri, biasanya melakukan barter sesuai kebutuhan saja, tidak asal-asalan. Misalnya, ada barang yang sedang saya cari, saya umumkan untuk dibarter dengan barang-barang yang saya tawarkan.
Kriteria barang Anda yang layak ditawarkan untuk barter apa?
Tidak ada yang khusus sebenarnya. Yang jelas, barang-barang yang sudah tidak terpakai. Pastikan dalam kondisi baik, karena tidak mungkin kita memberi ‘sampah’ ke orang lain. Posisikan Anda seperti orang lain, pasti tidak suka dengan ‘barang bekas’ yang jelek.
Lalu, biasanya saya menawarkan barang yang terlanjur terbeli tapi tidak cocok, belum pernah dipakai. Kalau barang yang dipakai sendiri tidak akan saya tawarkan, karena menurut saya itu seperti ‘barang bekas’. Kalau sudah dipakai sendiri, ya sudah jangan dikasih ke orang lain.
Bagaimana Anda menentukan kriteria barang yang akan dibarter dengan barang Anda?
Biasanya saya dan calon rekan barter saling bertukar akun Instagram, atau kontak via LINE atau BBM. Saya lihat akunnya, saya cek mana barang yang kira-kira layak atau sesuai untuk ditukar dengan barang saya.
Sebenarnya barter ini sangat tergantung pada kepercayaan. Jadi, apapun nanti yang kita terima sebagai hasil barter, harus diterima dengan ikhlas.
Beberapa kali saya mendapat barang barter yang tidak sesuai harapan. Tapi diterima saja, karena itu memang sudah risiko dari kegiatan barter. Bisanya, kalau tidak cocok dengan apa yang saya dapat, saya repost lagi ke Instagram untuk dibarter lagi dengan barang lain.
Jadi berputar barangnya. Namun, kejadian dapat barang yang tidak sesuai harapan jarang sih sebenarnya. Paling rasionya 2:10.
Bagaimana menentukan nilai barang yang layak dibarter?
Tidak ada sih sebenarnya. Hanya saja, biasanya barang yang akan kita barter dinaikkan sedikit dari harga beli supaya tidak rugi. Biasanya saya sudah ada patokan harga pasarnya sendiri, sehingga tahu harus mematok harga berapa untuk barang yang akan dibarter.
Banyak yang khawatir rugi dengan barter melalui media sosial, sebab kita tidak mengenal dan tidak tahu barang yang akan dibarter. Nah, bagaimana Anda membangun trust dengan mitra barter Anda?
Modal dasar untuk kegiatan barter barang preloved di medsos memang saling percaya, sebab kita sama-sama tidak tahu. Dia juga tidak tahu saya, saya tidak tahu dia. Jadi memang modalnya percaya saja.
Kalau barangnya tidak sesuai harapan, silakan komplain ke rekan barternya. Namun, biasanya kalau sudah begitu, mereka sudah enggan menanggapi atau malah ‘kabur’. Udah beberapa kali kejadian memang.
Kalau rugi di barang sih sebenarnya tidak, tapi saya jadi rugi di ongkos kirim. Saya tidak merasa dirugikan sekali karena memang tujuan saya adalah untuk mengurangi koleksi barang yang ada di rumah saja, daripada tidak terpakai.
Hanya saja, biasanya barang yang dibarter lebih bermanfaat. Misalnya, saya beli sepatu kekecilan. Nah, itu bisa saya barter dengan yang ukurannya sesuai. Tidak perlu keluar uang lagi, tapi saya bisa dapat yang sesuai kebutuhan.
Banyak yang mengatakan online shop yang menawarkan jasa barter biasanya tidak meyakinkan. Bagaimana Anda memastikan keamanan dalam melakukan barter?
Lagi-lagi tidak ada trik khusus. Saling percaya saja, lalu diniatin. Kalau memang niatnya sudah barter, ya sudah, dilepaskan saja. Kalau kita berharap mendapatkan yang lebih, nanti malah kecewa.
Yang jelas, pastikan deskripsi barang yang ditawarkan untuk barter sejelas mungkin. Jangan menutup-nutupi kalau memang ada cacat. Itu cara membangun kepercayaan.
Barang barter yang paling berharga yang pernah Anda dapatkan?
Saya pernah dapat parfum, yang wanginya sangat saya sukai.
Kalau Anda sendiri, barang apa yang paling berharga yang pernah dibarter?
Saya sih tidak pernah memperhitungkan itu. Prinsipnya, ketika kita komitmen mau bermain di bisnis barter, kita harus punya perasaan no heart feelings. Lepaskan barang-barang yang memang sudah tidak kita pakai.
Jangan maju mundur. Jangan ragu. Jangan posting menawarkan barang, tapi lalu dicabut lagi karena tidak yakin.
Keuntungan atau manfaat barter untuk Anda?
Mengurangi barang yang tidak dipakai buat menghasilkan barang yang lebih bermanfaat.
Kenapa tidak dijual saja?
Ada sih yang dijual, tapi kebanyakan kalau barang preloved saya barter saja. Karena saya berprinsip barang bekas tidak seharusnya diuangkan, lebih baik ditukar saja dengan sesama orang yang membutuhkan.
Tantangan melakukan kegiatan barter barang preloved?
Saya pernah ketemu mitra yang tidak jelas alamatnya. Barangnya tidak sampai ke saya. Pernah sekali saya mengalami itu, padahal saya sudah kirimkan barang yang hendak dibarter.
Lalu, ketika saya coba hubungi kembali, tiba-tiba saja lost contact. Nomornya tidak aktif lagi, dan akun Instagram-nya menghilang atau sudah dihapus.
Kalau sudah kejadian seperti itu, ya sudah mau bagaimana lagi. Sebagian dari risiko barter ya memang bertemu orang-orang yang tidak bisa dipercaya.
Bagaimana mengatasi orang-orang yang merugikan seperti itu?
Biasanya sesama penjual barang preloved sudah punya daftar hitam akun-akun yang suka menipu. Daftar itu biasanya di-share agar orang-orang lebih berhati-hati. Ya, rajin-rajin saja pantengin mana akun yang tampaknya mencurigakan.
Bagaimana ciri-ciri akun yang tidak bisa dipercaya untuk barter?
Biasanya mereka abal-abal, dan cenderung ‘gampangan’ ketika diajak barter. Mereka akan dengan sangat mudah menuruti keinginan kita, apapun itu. Kita minta apapun, mereka langsung saja menyanggupi. Waspadalah, karena biasanya itu hanya kedok.
Bagaimana prospek ke depan dari kegiatan barter online ini?
Saya rasa ini bagian dari hobi, dan ke depannya masih akan terus berkembang selama masih banyak yang berminat untuk mendapatkan barang bagus tanpa keluar uang. Terlihat, sekarang ini pemain barter online makin ramai saja.
Tips bagi pemula yang ingin coba-coba barter barang preloved?
Pertama coba terbuka dengan barangnya sendiri. Kalau ada cacat, harus diungkapkan dideskripsi. Kalau tidak, itu akan membuat mitra barter kecewa.
Lalu, sebelum bertukar barang, kenali dulu penjualnya. Tanya sedetail-detailnya tentang barang yang kita incar.
Selain itu, jangan mau jika ada yang minta booking duluan sebelum bayar. Buat perjanjian setelah uang ditransfer, jangan ladeni permintaan untuk keepbarang. Ini untuk meminimalisir kemungkinan rugi atau terjebak dengan mitra barter abal-abal.