Tuberkolosis/tuberkolosis.org
Health

Asia Tenggara Harus Saling Belajar Hadapi Tuberkulosis

Tisyrin Naufalty Tsani
Selasa, 10 November 2015 - 21:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Negara-negara Asia Tenggara yang memiliki beban tertinggi penyakit tuberkulosis perlu banyak belajar dari negara yang tergolong sukses menanggulangi tuberkulosis.

Hal itu diiungkapkan oleh Ahli Bedah Cardiothoratic RS Gleaneagles Singapura Su Jang Wen. Menurutnya, upaya pemberantasan TB perlu melibatkan kemitraan yang luas.

“Kemitraan ini tak sekadar menyangkut masalah pendanaan, melainkan dalam hal akses terhadap teknologi dan penanganan terbaru dalam menghadapi penyakit ini,” ungkapnya melalui siaran pers Selasa (10/11/2015).

Salah satu kisah sukses terbaru di RS Gleneagles Singapura menunjukan bahwa koordinasi antar dokter di kedua negara ternyata berhasil menyelamatkan nyawa seorang pasien dari Vietnam, Tran Thien Khoa.

Anak muda asal Vietnam ini terinfeksi paru-paru oleh bakteri sehingga mengidap TB.  Kondisinya sudah pada tingkat akut, bahkan sebagian besar dokter di Vietnam yang dia sambangi hanya mampu memberi secercah harapan untuk sembuh, selebihnya malah terpaku pesimis. Berat badannya terus menyusut hingga 33 kilogram dan ketahanan tubuhnya keropos. Akhirnya, dia yakin untuk menjalani perawatan di RS Gleneagles Singapura selama satu bulan.

Menurut Su Jang Wen, kasus yang dialami Tran Thien Khoa merupakan salah satu kasus paling sulit yang pernah ditangani tim dokter RS Gleneagles Singapura. “Saat kami pertama kali melihat situasinya, paru-parunya sudah sangat rusak oleh tuberkulosis dan dia terus-menerus batuk berdarah,” katanya.

Kini, Khoa dalam kondisi stabil dengan paru-paru yang berfungsi baik. Dia masih harus meneruskan pengobatan anti infeksi selama satu tahun, demi kesembuhan total.

Dari kisah ini,  Su Jang Wen berharap banyak penderita TB lainnya terinspirasi untuk selalu bersemangat menghadapi penyakitnya. Terutama untuk masyarakat Indonesia, sebagai salah satu negara penderita TB terbanyak di dunia, bahwa dengan kemajuan teknologi sekarang ini diharapkan akan menjadi jawaban pencegahan dan pengobatan penyakit tuberkulosis.

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat penting dunia. Sejak 1992, World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO 2004 menyatakan masih terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis di tahun 2002. Menurut data WHO persebaran terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus di dunia.

Di Indonesia sendiri, meskipun hingga akhir 2013 prevalensinya menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penderita penyakit tuberkulosis di Indonesia masih terbilang tinggi.

Bahkan, saat ini jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia. Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus.

 

 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro