Linda Kayhz (kiri)/.
Fashion

Beauty Vlogging: Hobi yang Jadi Ladang Emas

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 14 November 2015 - 13:28
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Beberapa tahun lalu, di Indonesia sempat menjamur tren beauty blogging. Banyak blogger yang mendedikasikan laman blog mereka untuk mengulas persoalan kecantikan dan fesyen, mulai dari review,haul, tutorial, dan lain sebagainya.

Belakangan, semakin banyak blogger yang beralih ke media visual dengan menggarap video berkonten informatif seputar dunia kecantikan dan fesyen. Istilah video tersebut adalah vlog (video blog), yang mencakup interaksi yang tidak didapatkan sekadar melalui tulisan.

Vlog biasa diunggah ke YouTube untuk meraup lebih banyak penonton. Variasi kontennya sebenarnya tidak hanya seputar fesyen dan kecantikan. Namun, topik tersebut sejauh ini adalah yang terpopuler, jika mengacu pada pertumbuhan jumlah vloggers danviewers-nya. 

Sebenarnya, tren beauty vlogging telah cukup lama berkembang di luar negeri. Salah satu pionernya adalah perempuan berdarah Vietnam, Michelle Phan, yang memulai video sederhana tentang demo meriasnya sejak sekitar 2006.

Video-video Michelle rupanya berhasil menggaet minat berbagai perusahaan kosmetika dan fesyen untuk menjadi sponsor. Alhasil, video yang berawal dari hobi mengisi waktu senggang pun berubah menjadi ladang emas baginya.

Saat ini, sudah sangat banyak beauty guru (istilah yang diberikan bagi para pelaku beauty vlogger) yang sukses meraup cuan dari keterampilannya membuat video. Mulai dari NikkieTutorials, ShaanXO, Maya Mia, Zoella, Desi Perkins, dan masih banyak lagi.

Tidak ketinggalan dengan tren yang merebak di luar negeri, para beauty and fashion enthusiasts di Tanah Air pun mulai tertantang untuk membuat vlog yang tidak kalah menarik. Jumlah mereka pun semakin banyak, dan konten vlog-nya pun kian kreatif.

Salah satu beauty vlogger Indonesia yang cukup sukses mempertahankan channel-nya di YouTube adalah Linda Kayhz. Perempuan jelita yang berbasis di Bogor itu tampil beda sebagai beauty guru berhijab, yang sanggup merias bak makeup artist profesional.

Dia mengaku awal mula membuat beauty vlog didasari oleh keinginan untuk tetap produktif. Namun, lama-kelamaan chanel yang digarapnya mulai dilirik sponsor. Saat ini channel-nya di YouTube telah memiliki lebih dari 26.000 pelanggan (subscribers).

Pada akhirnya, hobinya berdandan pun kini berevolusi menjadi bisnis sampingan yang cukup menjanjikan berkat vlog. Berikut penuturannya:

Sejak kapan Anda mulai membuat vlog?

Sejak hampir dua tahun lalu. Pada awalnya saya membuat vlog untuk berbagi informasi dan membuat diri saya lebih produktif.

Awalnya saat itu saya banyak mendapatkan pertanyaan seputar makeup dan hijab via Twitter. Pada waktu itu followers saya (di Twitter) sekitar 20.000. Jadi, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, saya membuat video agar mempersingkat waktu 

Apa sebenarnya vlog itu? Apa ciri khusus atau batasan sebuah video bisa disebut vlog?

Sama halnya dengan blog, vlog berisi ulasan satu topik. Bisa tentang apa saja. Benar-benar apa saja. Bahkan Anda bisa menemukan vlog tentang cara memasak air di YouTube, dan menariknya video tersebut banyak sekali pemirsanya.

Ciri khas vlog sendiri lebih kepada video dengan ulasan topik yang bersifat kasual, riil, dan berhubungan dengan kehidupan (baik vlogger maupun viewers) sehar-hari. Jadi, bukan video bernaskah atau dibuat-buat seperti pada production house.

Bagaimana Anda mendapat inspirasi untuk membuat vlog yang menarik?

Inspirasi bisa datang dari mana saja. Kalau saya pribadi, inspirasi utama saya adalah para followers.

Mereka sering memberikan pertanyaan atau meminta saya membuat vlog tertentu. Itu yang membuat saya tidak pernah kehabisan ide untuk membuat video baru.

Berikutnya, yang menjadi inspirasi saya adalah rekan-rekan sesama vlogger. Dengan melihat video-video karya mereka, saya jadi terinspirasi dan tertantang untuk terus menjadi lebih baik. 

Apa tujuan Anda melakukan vlogging?

Murni untuk sharing saja pada awalnya. Sebab, saya merasa banyak mendapat dukungan dari para followers saya. Jadi, saya mencoba mengirimkan cinta kepada mereka dengan membuat video untuk mereka. 

Setelah kegiatan ini berjalan selama setahun, barulah saya tahu kalau ternyata vlogging bisa menghasilkan uang yang cukup lumayan. Dan, bagi saya itu adalah bonus.

Jadi, apakah pernah ada sponsor yang menggaet Anda untuk mengisi konten dalam vlog yang Anda buat?

Pernah dan lumayan sering sebenarnya. Bahkan di luar negeri, sekarang label-label kosmetik dan fesyen lebih suka menggandeng vlogger sebagai cara untuk mengiklan, karena jauh lebih efektif dan langsung ke target pasarnya. 

Mengapa demikian?

Karena vloggeradalah orang riil, bukan artis yang bergerak dan bertestimoni sesuai skenario dalam iklan. Jadi, konsumen akan lebih percaya dengan apa yang dikatakan atau dialami oleh seorang vlogger.

Bagaimana awal mula Anda bisa memonetisasi vlog Anda?

Brand atau sponsor biasanya datang sendiri kepada saya, seiring dengan semakin bertambahnya jumlah subscribers dan views di channel (YouTube) saya.

Selain itu, YouTube sendiri juga mendukung dengan ‘membayar’ video kami berdasarkan iklan yang tercantum dalam video kami.

Kira-kira berapa potensi pendapatan dari sponsor tersebut?

Satu video kolaborasi dengan label bisa nilainya antara Rp4 juta—Rp15 juta. Untuk satu acara off air seperti workshop, seminar, dan meet and greet nilainya antara Rp1,5 juta—Rp6 juta.

Apa tantangan dari menjalankan vlog yang bersponsor?

Jujur saja, saya untuk video yang disponsori jadi kurang leluasa (dalam berkreasi). Kami jadi tidak bisa lugas mengatakan kekurangan dari produk tersebut. Padahal, bisa dibilang, kepercayaan viewers adalah segalanya bagi kami.

Itu mengapa kebanyakan vloggers hanya akan ‘mengambil’ sponsor yang produknya memang aman dan bagus, juga yang visi misinya memang sejalan.

Bicara soal tren, bagaimana cara Anda bersaing dengan vlogger lain, mengingat pelakunya saat ini sudah semakin banyak?

Well, caranya adalah dengan tidak fokus pada kompetisinya. Itu justru akan membuat kita lebih cepat berkembang.

Merangkul vlogger yang satu bidang akan lebih baik untuk membangun komunitas yang akhirnya malah membuat kami menjadi lebih ‘besar’ dengan cepat.

Perkembangan komunitas vlogger di Indonesia sendiri bagaimana?

Ada cukup banyak. Contohnya ada Indonesian Youtubber, Indovidgram, dan Indo Beauty Vlogger.

Komunitas-komunitas ini sangat membantu sekali, karena kami bisa saling dukung baik itu dari segi produksi, promosi, dan lain-lain, yang pada akhirnya membawa kami tumbuh lebih cepat bersama-sama.

Apa kiat Anda untuk menjaring lebih banyak viewers?

Pada dasarnya, untuk bisa berkembang sebagai vlogger, diperlukan konsistensi dan dedikasi. Konsisten dalam mengunggah video, dan rela mendedikasikan waktunya untuk filming, retake, editing, re-edit, dan seterusnya untuk mendapatkan video terbaik. 

Semakin seorang vlogger konsisten, para pemirsa akan semakin ‘rajin’ memantauchannel-nya, dan semakin kuat juga relasinya dengan para viewers-nya.

Nah, untuk menjaring pemirsa dari luar negeri, mudah saja. Gunakan bahasa Inggris dan kontennya sebisa mungkin berhubungan dengan tren yang sedang berkembang saat ini.

Menurut Anda sendiri, bagaimana perkembangan beauty vlogging di Indonesia?

Dilihat dari jumlah vloggers di Indonesia, sekarang jumlahnya sudah naik lebih dari 100%. Itu artinya semakin banyak konten dan ragam yang disuguhkan.

Selain itu, perusahaan-perusahaan pun semakin banyak yang menggaet paravloggers untuk mengiklan. Ini memperlihatkan bahwa vlogging sekarang sudah menjadi ‘sesuatu’, bukan lagi hal yang sepele.

Dan sekadar tahu saja, para vloggers dari Indonesia ini sudah banyak yang mulai disasar oleh sponsor-sponsor atau perusahaan-perusahaan dari luar negeri.

 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro