Bisnis.com, YOGYAKARTA -- Sriyanto, warga lereng Merapi yang menjadi korban erupsi 2010 lalu menjadikan rumahnya yang tinggal puing-puing sebagai sebuah museum mini.
Saat ini, area museum mini yang berjarak sekitar 4 km dari puncak Merapi tersebut sudah masuk zona merah alias tidak boleh dijadikan area pemukiman warga.
Niat awal Sriyanto hanyalah agar erupsi Merapi tersebut bisa dikenang. Sriyanto lantas mengumpulkan barang-barang yang tersisa dan menatanya layaknya sebuah museum di sisa ruangan rumahnya dulu.
Museum mini tersebut berisi beragam benda-benda dan sisa tulang belulang ternak yang menjadi saksi panasnya aliran awan panas yang keluar dari gunung yang sudah meletus sekitar 68 kali sejak tahun 1548.
"Ini hanya sebagai pengingat erupsi saja. Tidak ada niat apa-apa awalnya," ujar Sriyanto.
Dalam museum tersebut juga terpasang foto-foto sebelum dan sesudah erupsi Merapi.
Museum ini ingin memberikan gambaran seperti apa bencana alam tersebut terjadi, walaupun tidak akan bisa dirasakan sama persis seperti apa yang dirasa oleh warga yang menjadi korban.
Wisatawan yang berkunjung bisa bebas mengambil gambar benda-benda yang dipajang di museum ini. Namun, ada satu ruangan yang berisi benda pusaka seperti keris yang tidak boleh diambil gambarnya.
Wisatawan hanya boleh masuk dan melihat-lihat.
"Bukan apa-apa, ini merupakan bagian untuk menghormati leluhur dan budaya," ujar Dian yang menjadi pendamping wisatawan.
