Harus Enak
Untuk bisnis kuliner, Wayan beri wejangan, “Yang penting masakannya enak pasti akan dicari orang”.
Pensiunan hakim ini menunjukkan, bahkan di usia nonproduktif pun seseorang tetap bisa berbisnis sekalipun baru mulai merintisnya.
Seiring berjalannya waktu, Wayan dan Nyoman memutuskan untuk memperluas rezeki yang bisa dinikmati dari bisnis restoran apung.
Ya, mereka memutuskan menutup seluruh keramba. Sejak tahun 2009, ikan-ikan berbumbu kedisan yang dijajakan berasal dari ikan air tawar alami dari danau lepas.
“Keramba juga bikin pemandangan kurang indah. Kami berbagi rezeki saja dengan nelayan makanya mulai ambil dari mereka”.
Kini, lazimnya restoran butuh pasokan ikan segar 50 kg – 75 kg. Tapi, begitu memasuki akhir pekan atau hari libur jumlahnya bisa sampai 100 kg.
Wayan dan Nyoman enggan menggunakan koki. Seluruh bumbu dibawah pengawasan dan tanggung jawab langsung Nyoman. Adapun yang dilakukan untuk renegerasi juru masak adalah melakukan kaderisasi, bukan menyewa koki. Kini total karyawan di restoran apung sekitar 30 orang.
Selain memang rasa unik, enak, dan inovatif, Nyoman menerapkan semacam sistem by order. Beberapa komponen bumbu kadarnya bisa disesuaikan dengan karakter konsumen yang memesan, contohnya orang Jawa atau kejawen, warga asing alias bulenan, dan balian atau warga Bali.