Pemilihan warnanya pun kental dengan nuansa cerah, seperti kuning, fuchsia, biru laut, oranye, dan ungu.
Fashion

Gaya Elegan dengan Tie Dye Bermotif Bugis

Wike Dita Herlinda
Minggu, 27 Desember 2015 - 02:20
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Selama ini, kain tie dye (bermotif warna-warni) identik dengan material untuk sandang nonformal yang lebih cocok digunakan pada acara-acara santai seperti ke pantai, atau sekadar jalan-jalan dan aktivitas tidak resmi lainnya.

Motif abstrak yang dihasilkan dari teknik ikat dan celup warna ini kerap diberi stigma kurang cocok untuk acara-acara formal maupun dijadikan material gaun pesta. Kain tie dye  pun selalu dianggap jauh dari kesan elegan dan glamor.

Namun di tangan kreatif label EJS, kain-kain tie dye oleh desainer Elvara Jandini Subyakto mampu disulap menjadi gaun malam yang cukup anggun dan layak dikenakan pada acara-acara formal. Istri sutradara dan seniman Jay Subyakto itu meluncurkan koleksi bertema Mangkasara, yang terdiri dari 30 set busana siap pakai bernuansa elegan.

Teknik  tie dye kembali diangkat sebagai karakter utama dari karya-karya Elvara. Untuk mengubah citra tie dye yang kurang populer untuk gaun malam, Elvara menggunakan material yang lebih eksklusif dan mewah, yaitu sutra asli Bugis yang sepenuhnya buatan tangan.

“Selama ini, kain-kain Nusantara yang lebih sering diangkat para desainer adalah batik, tenun, atau songket. Jarang yang mengangkat kain ikat celup. Meski seni ini berasal dari India, di berbagai wilayah di Tanah Air memiliki tekniknya sendiri dengan ciri khas otentik.”

Elvara mengaku memilih material sutra Bugis untuk dikombinasikan dengan teknik ikat celup guna menghasilkan motif-motif khas suku di Sulawesi Selatan itu. Dia bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) provinsi setempat.

Kain sutra putih polos Sengkang yang berasal dari 24 daerah binaan Dekranasda Sulsel kemudian disulap menjadi kain tie dye bermotif tradisional, seperti balo lobang, bombang, bulu bulu, dan cobo.

“Kebudayaan Sulawesi Selatan menginspirasi saya untuk menciptakan koleksi Mangkasara, yang artinya ‘sang empunya sifat terang’. Sulsel sangat unik dengan lautnya yang biru, serta rumah-rumah Toraja bercat oranye dan merah hitam,” kata Elvara.

Selain itu, motif-motif dan corak kain adat Bugis yang didominasi warna-warna tegas dan vibran diterjemahkan menjadi palet dominan dalam koleksi busana EJS tersebut.

Dari segi desain dan fitting, Elvara juga memberikan sentuhan tradisional Bugis. Dia mengaplikasikan potongan baju Bodo ke dalam rancangannya, yang dibuat lebih wearable  bagi perempuan urban. Aksen lipit dan  drape di bagian belakang rok, serta permainan potongan yang terkesan boxy begitu dominan dalam koleksinya.

“Baju Bodo dalam koleksi saya tidak diaplikasikan secara harfiah, tetapi diadopsi ke dalam atasan beraksen cropped, gombrong, berleher tinggi, dengan pola kotak-kotak dan detail  moulage yang dikerjakan langsung pada manequin,” jelasnya.

Sementara itu, gaya bersarung suku Bugis yang dibuat berlipit-lipit menyerupai kipas juga diadopsi ke dalam rok  dan celana berpinggang tinggi, yang terinspirasi dari cara orang Makassar yang mengikat sarung tepat di ulu hati.

Tidak hanya pakaian adat perempuan, busana adat kaum adam di Bugis juga menjadi inspirasi dalam koleksi EJS tersebut. Elvara mengadopsinya ke dalam berbagai bentuk vest  panjang dan jaket dengan dalaman kemeja putih organdi sutra.

Untuk menjadikan kain tie dye rancangannya cocok dikenakan pada acara formal, Elvara mematri motif tenun Bugis, Makassar, dan Mandar ke dalam material yang digunakannya. Salah satunya adalah corak balo lobang yang bernuansa kotak-kotak.

Ada juga corak  bombang yang bermotif zig-zag sebagai cerminan dari gelombang lautan, corak  bulu -bulu yang berbentuk belah ketupat untuk merefleksikan deretan perbukitan, serta corak cobo yang didominasi nuansa segi tiga.

Pemilihan warnanya pun kental dengan nuansa cerah, seperti kuning, fuchsia, biru laut, oranye, dan ungu. Kombinasi motif dan warna berani itu diklaim sebagai terobosan pertama yang belum pernah dilakukan pada kain jumputan manapun di Indonesia.

“Misi saya adalah menularkan rasa cinta Tanah Air kepada para perempuan Indonesia, memperkenalkan warisan budaya kepada pencinta mode, dan membuktikan bahwa kain yang berasal dari Indonesia bisa terlihat  stylish  apabila diolah dengan baik,” tutur Elvara. []

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (27/12/2015)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro