Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian dari Anda pasti masih sempat merasakan dipotret atau memotret menggunakan kamera analog dengan gulungan film seluloit. Pasti Anda pun merasakan antusiasme saat mencetak foto, sambil harap-harap cemas tidak ada film yang terbakar.
Sayangnya rasa deg-degan saat mencetak hasil jepretan dari kamera analog itu saat ini sudah sangat jarang ditemukan. Sebab, teknologi digital telah menggantikan seni manual dalam dunia fotografi. Gulungan seluloit pun ditinggalkan.
Bagaimanapun, segelintir orang masih mengupayakan agar seni fotografi analog tidak punah. Meskipun harus merogoh kocek dalam-dalam untuk berburu dan melanggengkan hobi fotografi analog, mereka rela.
Itu pula yang dirasakan oleh bankir senior Sigit Pramono, yang juga Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas). Pria 57 tahun yang pernah menjabat Presdir BII dan Dirut BNI itu masih setia menggeluti hobi fotografi analog.
Lantas bagaimana pengalaman menariknya dengan dunia fotografi analog? Apa yang mejnadi tantangan dan apa manfaat yang dirasakannya? Berikut penuturan Sigit:
Bagaimana awal mula Anda menyukai fotografi analog?
Sebenarnya saya sudah menggeluti dunia fotografi sejak 1970-an, sehingga mau tidak mau pada saat ituyahanya bisa menggunakan kamera dengan media rekam film. Sebab, kamera dengan media rekan digital belum ada.
Jadi sudah cukup lama saya menggeluti hobi [fotografi analog] ini. Saya baru mulai menggunakan kamera digital setelah kamera jenis ini mulai dikembangkan pada pertengahan dekade 1980-an.
Darimana Anda mempelajari teknik fotografi analog?
Saya belajar fotografi analog secara otodidak. Tentunya dengan dibantu juga oleh fotografer senior lain, dengan berdiskusi, dan dari membaca buku. Sekarang ditambah lagi dengan belajar dari internet.
Apa saja yang membedakan fotografi analog dan digital, baik dari segi teknis instrumen maupun teknik pengambilan gambar?
Perbedaan utamanya yaitu pada media yang digunakan untuk merekam gambar atau citra atauimagepada kamera. Kamera analog menggunakan film dan kamera digital menggunakan SD card, compact flash card, dan sebagainya.
Namun, kebanyakan orang sering rancu dalam menyebut kamera analog dibandingkan dengan kamera otomatis. Padahal, pada masa sekarang ada kamera analog yang pengoperasiannya serba manual dan ada yang serba otomatis.
Sebaliknya, ada kamera digital yang pengoperasiannya serba manual dan tentu saja ada kamera digital yang serba otomatis. Mengenai teknik dasar pengoperasiannya sebenarnya sama saja.
Bisa diceritakan darimana mendapatkan peralatan untuk hobi fotografi analog ini, mengingat saat ini penjualnya sudah semakin langka?
Kalau peralatan kamera analog dan filmsihmasih bisa dibeli di beberapa toko fotografi di dalam dan luar negeri. Namun, memang sekarang sudah semakin sulit. Sekarang kalau mau beli harus melalui internet.
Apa saja jenis kamera analog yang Anda miliki? Mana yang paling istimewa?
Karena saya fokus di fotografi pemandangan alam, saya lebih sering menggunakan kamera medium format Linhof Panorama 617s III buatan Jerman dengan film 120. Ukuran satu bidang filmnya sekali jepret 6x17 cm. Jenis formatnya panorama lebar.
Namun, kadang saya juga memakai kamera analog Nion dan Leica.
Boleh diceritakan apa kesulitan dari menjalani hobi ini?
Sekarang ini di Indonesia semakin sulit mendapatkan film. Mencuci film dan jasascanneruntuk mengubah gambar yang terekam di film menjadi format digital juga sulit. Jadi, kadang untuk menyiasati beli film, saya titip ke kawan yang kebetulan pergi ke luar negeri.
Berapa rata-rata biaya yang dikeluarkan?
Kalau biaya yang dikeluarkan sih tidak tentu.
Kalau begitu, apa ada tantangan lain dalam menggeluti hobi ini?
Saya masih menggunakan kamera analog berbasis film, karena bagi saya sampai hari ini belum ada kamera digital yang bisa melampaui kualitas gambar yang dihasilkan oleh kamera saya Linhof Panorama 617s III ini.
Namun, saya juga tahu dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan, karena cepatnya perkembangan teknologi fotografi, kemungkinan besar kamera digital akan mendekati kualitas kamera saya.
Dan kalau itu terjadi, dengan sukarela saya juga akan mencoba menggunakan kamera digital. Namun, tampaknya saya tetap tidak akan bisa meninggalkan kamera analog sama sekali.